"Melalui Sumitronomics, kita tidak hanya belajar kebijakan, tapi juga etika pembangunan: tentang bagaimana membangun negeri tanpa kehilangan jati diri dan identitas bangsa," tuturnya.
Kementerian Kebudayaan, kata Menbud, siap bersinergi dengan Sumitro Institute untuk mendorong dialog yang mempertemukan pemikiran ekonomi dan strategi kebudayaan secara lebih terstruktur dan berdampak. Memajukan kebudayaan adalah sebuah bagian membangun kemandirian bangsa.
“Menjadikan kebudayaan sebagai pilar pembangunan adalah langkah strategis menuju bangsa yang berdaulat secara ekonomi, mandiri secara politik, dan berakar pada budaya," katanya.
Dalam Bincang Ilmiah Prolog Sumitronomics: Pembangunan untuk Ekonomi dan Ekonomi untuk Pembangunan, turut hadir pula antara lain Wakil Menteri Keuangan, Thomas Djiwandono; Wakil Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman, Fahri Hamzah; dan CIO Danantara, Pandu Patria Sjahrir.
Hadir sebagai narasumber Prof. Dr. Anggito Abimanyu, MSc, GRCP dari Universitas Gadjah Mada; dan Fithra Faisal Hastiadi, PhD dari Universitas Indonesia; serta moderator, yakni Ubaidillah Nugraha, selaku Ketua ILUNI FEB-UI.
Ubaidillah Nugraha dalam pengantarnya menyampaikan jika Prof. Soemitro Djojohadikusumo, merupakan Ekonom Par Excellence, Pendidik, Negarawan, Diplomat, Filosof, Pejuang Humanis tanpa batas.