Penanaman kotak yang konon perhiasan emas inilah yang disebut pria yang pernah menjabat sekretaris Tim Ahli Cagar Budaya (TACB), sebagai bagian kepercayaan layaknya nenek moyang terdahulu. Saat itu memang orang Jawa kalau mau membangun rumah atau bangunan apapun harus menanam sesuatu berupa sesajen.
"Ketika membangun jembatan kepala kerbau ditanam di jembatan itu, ya tujuannya sebagai menetralisir hal-hal yang kurang baik, dan mengharapkan kepada Tuhan Yang maha esa bangunan ini abadi dan mempunyai manfaat terhadap masyarakat sekitar," katanya.
Bahkan konon emas dan segala perhiasan itu sudah ada saat Bundaran Tugu Malang saat peristiwa Malang Bumi Hangus, yang terjadi di tahun 1947. Memang saat peristiwa Malang Bumi Hangus Bundaran Tugu Malang rusak, tapi pondasi yang tertanam di dalamnya masih utuh dan aman. Sehingga dimulai pembangunan kembali dan diresmikan oleh Presiden pertama Indonesia Ir. Soekarno pada 20 Mei 1953.
"Kan (emasnya) di dalam tanah dan ditumpuki pondasi struktur bangunan tugu. Jadi kalau mau ngambil bangunan tugunya harus diruntuhkan. Tapi ya kan ngga mungkin meruntuhkan, buat apa kita juga ngambil tidak seberapa dibanding nilai semangat yang ditampilkan dari Tugu Malang itu sendiri," terangnya.
"Sekali lagi buat apa kita ngambil emasnya, toh yang kita harapkan bukan emasnya tapi adalah semangat arek-arek Malang ketika mempertahankan kemerdekaan, itu yang paling kuat," pungkasnya.
(Awaludin)