"Habis itu pemanfaatannya untuk apa? Saya lebih cenderung untuk menambah ruas jalan ataupun taman dan sebagainya. Intinya bahwa harus dimanfaatkan yang lebih produktif ini bisa kita rapihkan kita potong saja, dibuat vertikal garden jadi itu yah mohon disiapkan gak usah diperdebatkan kita jalankan," ujarnya.
Sekedar informasi, pembangunan monorel di Ibu Kota dicanangkan Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso pada 2002 untuk mengembangkan moda angkutan massal selain bus Transjakarta dan subway. Monorel di Jakarta terbagi dalam dua jalur yakni rute jalur hijau (green line) yakni Semanggi-Casablanca- Kuningan-Semanggi dan jalur biru (blue line) meliputi Kampung Melayu-Casablanca- Tanah Abang-Roxy.
Pada 2004 konstruksi pun mulai dikerjakan dengan membuat tiang-tiang pancang. Namun, pembangunan proyek ini tersendat-sendat. Harapan sempat muncul saat seremonial pemasangan batu pertama di Tugu 66, Kuningan, Jakarta Selatan pada Oktober 2013.
Namun, setelah batu pertama dipancangkan belum berlanjut ke batu kedua. Alih-alih terlihat ada struktur konstruksinya, area konstruksi sama sekali tidak ada kegiatan.
Gubernur DKI Jakarta kala itu, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) lebih memilih mengembangkan LRT ketimbang monorel. Dari segi teknis dan pengembangan, LRT lebih mudah dibanding monorel.
Terlebih pihaknya sudah memastikan PT JM gagal melanjutkan proyek senilai Rp12 triliun itu lantaran mereka tidak bisa menunjukkan bukti uang 30% atau Rp4 triliun. Mereka juga dinilai menyalahi pembangunan depo di Waduk Setiabudi dan Tanah Abang yang merusak tata ruang.
”Dari dulu kami minta mana bukti uang 30 persen. Mereka tetap ngotot hanya 1,5 persen sesuai peraturan Bappenas. Kalau gitu, jangan-jangan properti kami yang diminta, dibuat sebagai jualan lagi. Saya tidak setuju,” katanya.
(Angkasa Yudhistira)