Pada Selasa, (24/6/2025) beberapa media mengutip laporan awal Badan Intelijen Pertahanan (DIA) yang dirahasiakan yang mengatakan bahwa serangan udara AS mungkin hanya menghambat program nuklir Iran selama beberapa bulan.
Menurut CNN, yang merujuk pada sumber yang mengetahui intelijen tersebut, sentrifus bawah tanah Iran yang digunakan untuk memperkaya uranium sebagian besar masih utuh. Penilaian tersebut juga dilaporkan mengindikasikan bahwa persediaan bahan fisil Teheran kemungkinan telah dipindahkan ke lokasi yang aman sebelum serangan.
Menyusul pengeboman tersebut, Iran menyatakan menghentikan kerja samanya dengan badan energi nuklir Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan menegaskan tidak akan berhenti menjalankan program nuklir sipilnya, terlepas dari serangan AS.
Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi juga mengatakan bahwa Republik Islam akan mempertimbangkan kembali pendiriannya mengenai kerja sama Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir. Kepada New Arab, Araghchi menyebut langkah itu diambil karena "20 tahun transparansi dan membangun kepercayaan mengenai program nuklir damai Iran belum membuahkan hasil positif", sehingga masalah tersebut perlu dipertimbangkan.
Teheran telah mencurahkan upaya signifikan terhadap program energi nuklir damainya, dan tidak akan berhenti mengembangkannya, kata diplomat tinggi tersebut.
(Rahman Asmardika)