"Fakta bahwa Republik Islam memiliki akses ke pusat-pusat penting Amerika di kawasan dan dapat mengambil tindakan terhadap mereka kapan pun dianggap perlu bukanlah insiden kecil, melainkan insiden besar, dan insiden ini dapat terulang di masa mendatang jika serangan dilakukan," imbuhnya.
Pada Rabu, (25/6/2027) Trump mengatakan bahwa dia "yakin" ketika ditanya apakah Amerika Serikat akan menyerang lagi jika Iran membangun kembali program pengayaan nuklirnya.
Teheran selama beberapa dekade membantah tuduhan para pemimpin Barat bahwa mereka sedang mencari senjata nuklir.
Khamenei mengatakan AS "tidak mendapatkan pencapaianapa pun" setelah menyerang situs nuklir Iran, tetapi AS memasuki perang untuk "menyelamatkan" Israel setelah rudal Teheran menembus sistem pertahanan berlapis-lapis Israel.
"AS secara langsung memasuki perang karena merasa bahwa jika tidak terlibat, rezim Zionis (Israel) akan hancur total. AS memasuki perang untuk menyelamatkannya," katanya.
"AS menyerang fasilitas nuklir kami, tetapi tidak dapat melakukan tindakan penting apa pun... Presiden AS melakukan pertunjukan yang tidak biasa dan perlu melakukannya," tambahnya.
Trump mengatakan pada akhir pekan bahwa penempatan bom seberat 30.000 pon oleh AS telah "melenyapkan" program nuklir Iran. Namun, hal ini tampaknya bertentangan dengan penilaian awal dari salah satu badan intelijen pemerintahannya, menurut tiga orang yang mengetahui masalah tersebut.