“Artinya, masih menyimpan darah. Berarti disimpulkan tidak ditemukan adanya tanda-tanda orang ini meninggal dalam jangka waktu yang lama dari lukanya," tambahnya.
Ida Bagus mengatakan, hipotermia tidak menjadi penyebab kematian dalam kasus ini. Pemeriksaan terhadap cairan bola mata, metode standar untuk mendeteksi hipotermia, tidak dapat dilakukan karena kondisi jenazah yang sudah lama. Namun, berdasarkan temuan luka berat dan pendarahan hebat, kemungkinan hipotermia bukan penyebanya,
“Kalau hipotermia kita periksa dari cairan bola mata. Karena sudah lama, jadi kita sudah tidak bisa periksa. Tetapi kalau kita lihat dari luka yang ada dan pendarahan yang banyak, itu jadi hipotermia kita singkirkan, jadi penyebabnya benturan,” ujarnya.
Juliana Marins dilaporkan jatuh saat mendaki Gunung Rinjani pada 21 Juni 2025. Proses evakuasi oleh Tim SAR Gabungan berlangsung selama beberapa hari dan baru berhasil dilakukan pada Rabu, 25 Juni 2025 dari kedalaman jurang lebih dari 600 meter.
(Arief Setyadi )