Ardhasena juga menambahkan, fenomena Aphelion merupakan kejadian astronomis saat Bumi berada pada titik terjauh dari Matahari dalam orbitnya. Namun, karena bersifat global, seharusnya jika Aphelion menjadi penyebab suhu dingin, dampaknya akan dirasakan secara merata di seluruh dunia, bukan hanya di Indonesia.
“Apakah ini ada hubungannya dengan Aphelion? Kebetulan secara timing-nya memang sama tetapi kan Aphelion ini fenomena yang secara planetary dan jika memang dia yang menyebabkan suhu dingin kan maksudnya terjadi di seluruh wilayah bumi ya, tetapi kan tidak demikian,” jelasnya.
Ardhasena pun kembali menegaskan, fenomena hawa dingin ini merupakan bagian dari pola musiman tahunan yang umum terjadi di wilayah selatan khatulistiwa, khususnya di Pulau Jawa. Di kalangan masyarakat Jawa, kondisi seperti ini dikenal dengan istilah “mbediding”, yaitu udara malam yang terasa sangat dingin di musim kemarau.
“Jadi suhu yang sifatnya terasa lebih dingin khususnya malam itu sebenarnya sifat musiman yang karakteristiknya khas terjadi kalau masyarakat Jawa bilangnya “mbediding” dan itu sebenarnya tidak ada kaitannya dengan fenomena Aphelion secara sebab akibat. Tapi ini terjadi secara bersamaan,” pungkasnya.
(Awaludin)