Empu Nala terkenal sebagai pahlawan perang yang menghargai jasa dan menghukum kejahatan. Ia pernah menaklukkan Dompo di Nusa Tenggara. Selanjutnya, Majapahit melantik Sri Nata Krewarddhana dan Wikramawardana, masing-masing ayah dan ipar Hayam Wuruk yang terpilih sebagai Dharmadhyaksa atau ketua Mahkamah Agung yang dibantu oleh tujuh Upapati atau pembantu mahkamah.
Jabatan Gajah Mada asalnya juga meliputi mahkamah, karena dia mewakili Sri Nata. Raja adalah hakim yang paling tinggi dalam negeri. Jabatan berikutnya yang dilantik yakni Patih Dami, ia terpilih sebagai Yuwamantri atau menteri muda, tugasnya adalah untuk mengurus seluk-beluk dalam keraton. Bisa diistilahkan bahwa fungsi ini semacam kepala rumah tangga keraton.
Pejabat keenam yang dilantik yakni Empu Singa, yang dipilih sebagai menteri yang bertugas mengawasi segala perintah Sri Nata. Boleh dikatakan, fungsinya sebagai sekretaris negeri yang harus mengedarkan segala perintah Baginda kepada semua yang berkepentingan.
Pekerjaan demikian dilakukan patih sebagai orang yang tinggi dalam pemerintahan setelah raja. Maka, Majapahit mengangkat enam orang menteri sebagai pengganti Gajah Mada.
Pelantikan enam pejabat pengganti Gajah Mada ini menunjukkan bahwa fungsi dan peran Gajah Mada sebagai Patih meliputi segala bidang. Hal ini membuktikan Gajah Mada memiliki sifat pemimpin yang naya. Sifat naya sendiri berarti pribadi yang bijaksana, penuh kearifan, dan memiliki siasat serta taktik.
(Arief Setyadi )