Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Semai 16 Ton Garam, Modifikasi Cuaca Tekan Curah Hujan 30-60 Persen di Jabodetabek

Muhammad Refi Sandi , Jurnalis-Jum'at, 11 Juli 2025 |08:05 WIB
Semai 16 Ton Garam, Modifikasi Cuaca Tekan Curah Hujan 30-60 Persen di Jabodetabek
Modifikasi cuaca (Foto: BNPB/Okezone)
A
A
A

JAKARTA – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melakukan Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) yang telah memasuki hari keempat pada Kamis 10 Juli 2025. Bahan semai ditaburkan ke angkasa sebanyak total 16 ton melalui 18 sorti penerbangan, meliputi 12,4 ton Natrium Klorida (NaCl) dan 3,6 ton Kalsium Oksida (CaO).

Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, mengatakan langkah ini merupakan respons darurat pemerintah setelah sebelumnya, pada Minggu 6 Juli 2025, hujan dengan intensitas tinggi mengguyur wilayah barat Jawa dan menyebabkan beberapa bencana banjir di sejumlah lokasi.

"OMC bertujuan untuk mengurangi hujan dengan intensitas tinggi yang diperkirakan masih akan turun pada dasarian pertama Juli 2025," ucap Abdul di Jakarta, Jumat (11/7/2025).

Abdul menambahkan, dua unit pesawat Caravan dengan registrasi PK-DPI dan PK-SNL yang disiagakan di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, bergantian menebarkan bahan semai di atas langit Pesisir Utara dan Pesisir Selatan Jawa Barat dalam 24 jam secara berkala. Wilayah penaburan bahan semai diprioritaskan di wilayah perairan utara Karawang, Bekasi, Indramayu, dan sekitarnya, termasuk wilayah yang menjadi hulu sungai yang berhilir di daerah rawan bencana banjir Jabodetabek.

Secara teknis, dua pesawat berkapasitas maksimal satu ton bahan semai itu mengangkut dan menaburkan NaCl sebagai bahan kimia serupa garam yang dapat membantu proses kondensasi awan dan memicu turunnya hujan.

"Sejak empat hari dilaksanakannya OMC, Satgas Gabungan OMC Jabodetabek mencatat penurunan intensitas hujan yang signifikan antara 30–60 persen di wilayah Jakarta, Jawa Barat, dan Banten. Bahkan dalam dua hari ini, cuaca Jakarta dalam kondisi terik tanpa hujan," jelasnya.

 

Abdul mengatakan, berdasarkan pantauan prakiraan cuaca pada dua hari ke belakang, tren potensi hujan yang terjadi di wilayah Jawa bagian barat cenderung mengalami penurunan. Kendati demikian, pada 12 Juli 2025 mendatang, pantauan BMKG mencatat beberapa gelombang yang kembali aktif dan berpotensi berdampak signifikan di beberapa wilayah di Indonesia.

"Potensi risiko cuaca ekstrem juga terpantau untuk wilayah Indonesia bagian timur. Terdapat peningkatan aktivitas gelombang atmosfer yang memicu curah hujan yang tinggi. BNPB dan BMKG akan melakukan evaluasi bersama pada akhir masa operasi modifikasi cuaca besok untuk menentukan kebutuhan perpanjangan masa OMC," ujarnya.

Lebih lanjut, BNPB mengimbau kepada Pemerintah Daerah dan masyarakat untuk meningkatkan kesiapsiagaan dalam menghadapi risiko bencana hidrometeorologi di musim kemarau basah ini. Ikuti perkembangan prakiraan cuaca secara berkala untuk mendapatkan informasi potensi risiko akibat hujan atau cuaca ekstrem lainnya.

"Pemerintah daerah diharapkan dapat memeriksa secara rutin infrastruktur mitigasi banjir seperti penguatan tanggul dan pembersihan saluran drainase primer," ujarnya.

Sementara itu, masyarakat dapat berpartisipasi dalam pencegahan risiko bencana dari lingkup terkecil atau keluarga dengan cara membersihkan saluran air. Kemudian, memeriksa kekuatan atap dan bangunan rumah, memangkas pepohonan yang rawan tumbang.

"Serta menyusun rencana evakuasi bersama keluarga," ungkapnya.

(Arief Setyadi )

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement