JAKARTA – Laporan awal terkait kecelakaan pesawat Air India yang menewaskan 260 orang bulan lalu mengungkap kebingungan yang terjadi dalam kokpit sesaat sebelum kecelakaan nahas itu. Laporan tersebut menyebutkan bahwa sakelar pemutus bahan bakar mesin pesawat aktif hampir bersamaan dan membuat mesin kekurangan bahan bakar, sesaat setelah lepas landas.
Pesawat Boeing 787 Dreamliner yang menuju London dari kota Ahmedabad di India mulai kehilangan daya dorong dan menukik tak lama setelah lepas landas, menurut laporan tentang kecelakaan penerbangan paling mematikan di dunia dalam satu dekade yang dirilis pada Sabtu (12/7/2025) oleh penyelidik kecelakaan India.
Laporan oleh Biro Investigasi Kecelakaan Pesawat Udara India (AAIB) tentang kecelakaan 12 Juni menimbulkan pertanyaan baru mengenai posisi sakelar pemutus bahan bakar mesin yang penting.
Hampir segera setelah pesawat lepas landas dari tanah, rekaman CCTV menunjukkan sumber energi cadangan yang disebut turbin udara ram telah dikerahkan, yang menunjukkan hilangnya daya dari mesin.
Di saat-saat terakhir penerbangan, seorang pilot terdengar di perekam suara kokpit bertanya kepada pilot lainnya mengapa ia mematikan bahan bakar. "Pilot lainnya menjawab bahwa ia tidak melakukannya," kata laporan itu, sebagaimana dilansir Reuters.
Laporan tersebut tidak mengidentifikasi pernyataan mana yang dibuat oleh kapten pesawat dan mana yang dibuat oleh kopilot, ataupun pilot mana yang menyampaikan "Mayday, Mayday, Mayday" sesaat sebelum kecelakaan.
Pilot utama pesawat Air India adalah Sumeet Sabharwal, 56 tahun, yang memiliki total pengalaman terbang 15.638 jam dan, menurut pemerintah India, juga seorang instruktur Air India. Kopilotnya adalah Clive Kunder, 32 tahun, yang memiliki total pengalaman terbang 3.403 jam.
Sakelar bahan bakar hampir secara bersamaan beralih dari posisi "run" ke posisi "cut-off" tepat setelah lepas landas. Laporan awal tidak menjelaskan bagaimana sakelar tersebut bisa beralih ke posisi "cut-off" selama penerbangan.
“Kami peduli dengan kesejahteraan dan keamanan pilot, jadi jangan terburu-buru mengambil kesimpulan pada tahap ini, mari kita tunggu laporan akhir,” kata Menteri Penerbangan Sipil Ram Mohan Naidu kepada saluran berita lokal.
Kecelakaan itu menjadi tantangan bagi kampanye ambisius Tata Group untuk memulihkan reputasi Air India dan merombak armadanya, setelah mengambil alih maskapai itu dari pemerintah pada tahun 2022.
Air India membenarkan laporan tersebut dalam sebuah pernyataan. Maskapai tersebut menyatakan sedang bekerja sama dengan otoritas India, tetapi menolak berkomentar lebih lanjut.
Para ahli mengatakan seorang pilot tidak akan mungkin secara tidak sengaja menggerakkan sakelar bahan bakar.
"Jika mereka dipindahkan oleh seorang pilot, mengapa?" tanya pakar keselamatan penerbangan Amerika Serikat (AS) Anthony Brickhouse.
Laporan tersebut menyebutkan bahwa sakelar-sakelar tersebut berputar dengan selisih satu detik, kira-kira sama dengan waktu yang dibutuhkan untuk memindahkan sakelar pertama dan kemudian sakelar kedua, menurut pakar penerbangan AS, John Nance. Ia menambahkan bahwa seorang pilot biasanya tidak akan pernah mematikan sakelar selama penerbangan, terutama saat pesawat mulai menaikkan ketinggian.
Membalikkan pesawat ke posisi mati otomatis hampir seketika mematikan mesin. Hal ini paling sering digunakan untuk mematikan mesin setelah pesawat tiba di gerbang bandara dan dalam situasi darurat tertentu, seperti kebakaran mesin. Laporan tersebut tidak menunjukkan adanya keadaan darurat yang mengharuskan mesin dimatikan.
Di lokasi kecelakaan, kedua sakelar bahan bakar ditemukan dalam posisi menyala dan ada indikasi kedua mesin menyala kembali sebelum kecelakaan di ketinggian rendah, kata laporan tersebut.
AAIB, kantor di bawah kementerian penerbangan sipil India, memimpin penyelidikan atas kecelakaan tersebut. Sebagaimana dilaporkan, insiden tersebut menewaskan semua kecuali satu dari 242 orang di dalam pesawat dan 19 lainnya di darat.
Sebagian besar kecelakaan besar di udara disebabkan oleh banyak faktor, dengan laporan awal harus diserahkan 30 hari setelah kecelakaan, menurut aturan internasional, dan laporan akhir diharapkan dalam waktu satu tahun. Laporan itu mengatakan "semua arahan kelaikan udara dan buletin layanan peringatan yang berlaku telah dipatuhi pada pesawat dan mesin."
Laporan investigasi mengatakan saat Dreamliner kehilangan ketinggian, pesawat itu awalnya bersentuhan dengan beberapa pohon dan cerobong asap terbakar, sebelum menabrak gedung. Air India telah menangani pengawasan tambahan di bidang lain setelah kecelakaan itu.
(Rahman Asmardika)