Ia menambahkan bahwa bendungan itu "akan menimbulkan ancaman eksistensial bagi suku-suku dan mata pencaharian kami. Ini cukup serius karena Tiongkok bahkan bisa menggunakannya sebagai semacam 'bom air'."
"Misalkan bendungan itu dibangun dan mereka tiba-tiba melepaskan air, seluruh wilayah sabuk Siang kami akan hancur," ujarnya, sebagaimana dilansir BBC. "Khususnya, suku Adi dan kelompok-kelompok serupa... akan menyaksikan semua properti, tanah, dan terutama nyawa manusia mereka, menderita dampak yang menghancurkan."
Pada Januari, seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri India mengatakan bahwa mereka telah menyampaikan kekhawatiran kepada China tentang dampak bendungan raksasa itu dan mendesak Beijing untuk "memastikan kepentingan negara-negara hilir" tidak dirugikan. Mereka juga menekankan "perlunya transparansi dan konsultasi dengan negara-negara hilir".
India berencana membangun bendungan pembangkit listrik tenaga air di Sungai Siang, yang akan berfungsi sebagai penyangga terhadap pelepasan air mendadak dari bendungan Tiongkok dan mencegah banjir di wilayah mereka.
Kementerian Luar Negeri China sebelumnya telah menanggapi India dengan menyatakan pada 2020 bahwa Beijing memiliki "hak yang sah" untuk membendung sungai tersebut dan telah mempertimbangkan dampaknya terhadap hilir.
Bangladesh juga menyampaikan kekhawatirannya kepada China tentang proyek tersebut. Pada Februari, para pejabat mengirim surat kepada Beijing untuk meminta informasi lebih lanjut tentang bendungan itu.
Pihak berwenang China telah lama mengamati potensi pembangkit listrik tenaga air di lokasi bendungan di Daerah Otonomi Tibet.