"Itu ada di sana, dia bersalah. Ini pengkhianatan," kata Trump tanpa memberikan bukti atas klaimnya. "Mereka mencoba mencuri pemilu, mereka mencoba mengaburkan pemilu. Mereka melakukan hal-hal yang tak pernah dibayangkan siapa pun, bahkan di negara lain."
Sebuah penilaian oleh komunitas intelijen AS yang diterbitkan pada Januari 2017 menyimpulkan bahwa Rusia, dengan menggunakan disinformasi media sosial, peretasan, dan peternakan bot, berupaya merusak kampanye Hillary Clinton dari Partai Demokrat dan mendukung Trump. Penilaian tersebut menetapkan bahwa dampak aktual kemungkinan terbatas dan tidak menunjukkan bukti bahwa upaya Moskow benar-benar mengubah hasil pemungutan suara.
Sebuah laporan bipartisan pada 2020 oleh Komite Intelijen Senat menemukan bahwa Rusia menggunakan agen politik Partai Republik Paul Manafort, situs web WikiLeaks, dan pihak lain untuk mencoba memengaruhi pemilu 2016 demi membantu kampanye Trump.
"Tidak ada satu pun dalam dokumen yang dikeluarkan minggu lalu (oleh Gabbard) yang melemahkan kesimpulan yang diterima secara luas bahwa Rusia berupaya memengaruhi pemilihan presiden 2016 tetapi tidak berhasil memanipulasi suara apa pun," kata Juru Bicara Obama, Patrick Rodenbush, dalam sebuah pernyataan yang dilansir Reuters.
Tuduhan Trump, yang memiliki sejarah mempromosikan teori konspirasi palsu terhadap Obama, dinilai sebagai upaya Presiden Partai Republik ini untuk mengalihkan perhatian dari isu yang baru-baru ini mengguncang pemerintahannya. Trump mendapat tekanan yang semakin besar dari publik, termasuk basis konservatifnya, untuk merilis lebih banyak informasi tentang Jeffrey Epstein, yang meninggal karena bunuh diri pada 2019 saat menunggu persidangan atas tuduhan perdagangan seks.