Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Danau Terbesar Israel Berubah Merah Darah, Warga Sebut Pertanda Kiamat

Rahman Asmardika , Jurnalis-Sabtu, 09 Agustus 2025 |10:48 WIB
Danau Terbesar Israel Berubah Merah Darah, Warga Sebut Pertanda Kiamat
Warna permukaan Danau Laut Galilea berubah menjadi merah darah.
A
A
A

JAKARTA – Warga Israel dilanda ketakutan setelah Laut Galilea, yang merupakan danau air tawar terbesar di wilayah tersebut, berubah warna menjadi merah darah. Fenomena yang aneh ini mengingatkan mereka pada pertanda datangnya kiamat yang tercantum dalam kitab Perjanjian Lama.

Laut Galilea, yang juga dikenal sebagai Danau Tiberias terlihat memiliki bercak-bercak merah di permukaannya. Para pengamat, terutama di komunitas agama, umumnya memandang perubahan warna ini sebagai sesuatu yang simbolis atau pertanda datangnya bencana.

Dalam Kitab Perjanjian Lama, Tuhan mengubah Sungai Nil menjadi darah sebagai peringatan bagi Mesir, karena Firaun menolak membebaskan bangsa Israel dari perbudakan ketika mereka berada di sana. Disebutkan bahwa air menjadi tak layak minum, ikan-ikan mati, menandai hukuman dari Tuhan terhadap Mesir.

"Beginilah firman Tuhan: Dari hal inilah akan diketahui, bahwa Akulah Tuhan. Lihatlah, dengan tongkat yang ada di tangan-Ku, Aku akan memukul air yang ada di sungai Nil, sehingga air itu akan berubah menjadi darah," demikian bunyi bunyi Keluaran 7:17-21.

Namun, dalam Perjanjian Baru, danau ini disebut-sebut sebagai tempat Yesus mengajar dan melakukan mukjizat, sehingga perubahan-perubahan yang tidak biasa di sini terasa penting bagi orang percaya.

 

Beberapa mukjizat yang lebih terkenal seperti berjalan di atas air dan meredakan badai terjadi disebutkan terjadi di Danau Laut Galilea.

Selain itu, setiap kali sesuatu yang tidak biasa terjadi pada danau ini, hal itu dapat menandakan akhir dunia, seperti dalam Kitab Wahyu, di mana air berubah menjadi darah untuk melambangkan penghakiman ilahi selama kiamat.

Namun, menurut sains, bintik-bintik merah tersebut sebenarnya berasal dari alga hijau, yang disebut Botryococcus braunii.

Otoritas Air Israel menjelaskan bahwa "warna merah tersebut disebabkan oleh akumulasi pigmen alami yang disekresikan oleh alga sebagai respons terhadap paparan sinar matahari yang kuat."

Dalam sebuah pernyataan kepada publik pada Senin, (4/8/2025), mereka menyatakan bahwa "pigmen tersebut tidak beracun" dan danau tersebut tidak menimbulkan masalah.

Hasil uji oleh Laboratorium Penelitian Kinneret juga menunjukkan bahwa tidak ada kemungkinan risiko kesehatan.

"Tidak ada reaksi alergi yang dilaporkan di area tempat alga sebelumnya muncul," jelas mereka, sebagaimana dilansir LADBible.

Jadi, seperti yang bisa Anda bayangkan, beberapa orang mulai sedikit khawatir di media sosial, seperti yang dicuitkan seseorang: "Jadi, apakah Danau Galilea benar-benar berubah menjadi merah atau itu palsu? Karena jika itu nyata, orang-orang sebaiknya berbaikan dengan Yesus sebelum Dia kembali."

 

"Danau Galilea itu merah, aku penasaran apa artinya," tulis yang lain.

"Laut Galilea di Israel berubah menjadi merah, ini seperti diambil langsung dari Alkitab," tambah yang lain.

Berubahnya warna Laut Galilea terjadi setelah fenomena munculnya emas di Sungai Eufrat, yang juga dipandang sebagai salah satu pertanda datangnya kiamat menurut Al-Quran, yaitu kemunculan “Gunung Emas”.

Namun, menurut berbagai laporan dari ahli geologi dan pengecekan fakta, “emas” yang terlihat di Eufrat bukanlah logam mulia melainkan pyrit atau pirit, yang biasa disebut sebagai “fool’s gold”. Pyrit merupakan mineral senyawa besi dan belerang yang banyak digunakan pada industri kimia dan industri kaca, selain juga sebagai sumber bijih besi dan belerang.

(Rahman Asmardika)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement