Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Duh! Minta Saran Diet ke ChatGPT, Pria Lansia Malah Terkapar dan Masuk UGD

Zen Teguh , Jurnalis-Minggu, 17 Agustus 2025 |16:06 WIB
Duh! Minta Saran Diet ke ChatGPT, Pria Lansia Malah Terkapar dan Masuk UGD
Pria lansia dirawat di UGD karena saran diet yang salah dari ChatGPT. (Foto: Ilustrasi/Ist)
A
A
A

JAKARTA – Seorang pria berusia 60 tahun terkapar di unit gawat darurat (UGD) sebuah rumah sakit gara-gara saran yang ‘salah’ dari ChatGPT. Beruntung kesehatannya membaik setelah tiga minggu dirawat intensif.

Pria tersebut, menurut laporan USA Today mengutip jurnal kesehatan Annals of Internal Medicine, memutuskan untuk menghilangkan garam dapur (natrium klorida) pada makanan dalam pola dietnya. Sebagai pengganti, dia meminta ChatGPT untuk mencarikan alternatif.

Oleh chatbot berbasis kecerdasaan buatan (artificial intelligence/AI) buatan OpenAI itu, pria lanjut usia ini disarankan menggunakan natrium bromida, senyawa yang secara historis digunakan dalam farmasi dan manufaktur. Jawaban chatGPT inilah yang hampir merenggut nyawanya.

“Meskipun jurnal tersebut mencatat bahwa dokter tidak dapat meninjau log obrolan AI asli dan bot tersebut kemungkinan menyarankan penggantian untuk tujuan lain, seperti membersihkan, pria tersebut membeli natrium bromida dan menggunakannya sebagai pengganti garam dapur selama tiga bulan,” tulis USA Today, dikutip Minggu (17/08/2025).

Akibatnya sungguh fatal!

Pria tua itu dilarikan ke ruang gawat darurat rumah sakit dengan gejala delusi paranoid. Dia terus mengalami peningkatan paranoia, serta halusinasi pendengaran dan penglihatan.

Dalam kondisi parah itu dia meyakini telah diracuni tetangganya. Pria ini bahkan enggan menerima air dari rumah sakit, meskipun melaporkan rasa haus yang luar biasa.

Dokter memastikan lansia tersebut menderita keracunan bromida atau bromisme yang dapat mengakibatkan gejala neurologis dan psikiatris, angioma ceri (benjolan pada kulit), kelelahan, insomnia, ataksia ringan (kecanggungan), dan polidipsia (rasa haus yang berlebihan).

Gejala bromisme lainnya dapat meliputi mual dan muntah, diare, tremor atau kejang, kantuk, sakit kepala, lemas, penurunan berat badan, kerusakan ginjal, gagal napas, dan koma, menurut iCliniq.

Pada awal abad ke-20, bromida digunakan dalam obat-obatan bebas, yang seringkali mengakibatkan gejala neuropsikiatri dan dermatologis, menurut penulis studi tersebut. Insiden keracunan semacam itu mengalami penurunan tajam ketika Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) menghentikan penggunaan bromida dalam produk farmasi pada pertengahan 1970-an dan akhir 1980-an.

“Pria tersebut dirawat di rumah sakit selama tiga minggu, dan gejalanya semakin membaik,” tulis The Guardian.

(Zen Teguh)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement