Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Serangan Israel di RS Nasser Gaza Tewaskan Setidaknya 20 Orang, Berikut Fakta-faktanya

Rahman Asmardika , Jurnalis-Selasa, 26 Agustus 2025 |12:41 WIB
Serangan Israel di RS Nasser Gaza Tewaskan Setidaknya 20 Orang, Berikut Fakta-faktanya
Serangan Israel menghantam Rumah Sakit Nasser di Khan Younis Gaza. (Foto; X)
A
A
A

JAKARTA – Militer Israel melancarkan serangan ke Rumah Sakit Nasser di Khan Younis, Gaza pada Senin, (28/8/2025) menewaskan setidaknya 20 orang termasuk jurnalis, tenaga medis, petugas kesehatan, dan pekerja darurat. Serangan ini telah memicu kecaman luas dan keras dari berbagai pihak, termasuk pemimpin negara dan organisasai internasional.

Berikut beberapa fakta terkait serangan tersebut, sebagaimana dilansir dari berbagai sumber:

1. Serangan Double Tap

Serangan pada Senin dikenal sebagai double tap, yaitu taktik dua kali serangan dengan tembakan kedua dilancarkan di lokasi serangan pertama setelah orang-orang berkumpul, untuk menimbulkan lebih banyak korban.

Taknik ini kontroversial karena sengaja menargetkan mereka yang datang menolong korban pertama.

Menurut staf medis Rumah Sakit Nasser, serangan pertama terjadi sekitar pukul 10.00 waktu setempat dan menimbulkan kepanikan. Sekitar 10 menit kemudian, ledakan kedua kembali menghantam lokasi yang sama, menyebabkan lebih banyak korban, terutama dari petugas darurat yang sedang mengevakuasi korban awal, serta jurnalis yang meliput insiden tersebut.

Siaran langsung Al Ghad TV memperlihatkan petugas darurat merespons serangan pertama di lantai atas Rumah Sakit Nasser, dengan beberapa jurnalis tampak merekam di latar belakang.

Dalam video terlihat sebuah tangga—tempat para jurnalis biasa berkumpul untuk menyiarkan berita—menjadi lokasi yang kemudian terkena serangan kedua, menimbulkan asap dan puing di udara. Setidaknya satu jenazah terlihat setelahnya.

Video terpisah dari tangga yang sama menunjukkan jenazah-jenazah tergeletak, sementara petugas medis kembali mengevakuasi korban.

 

2. Tewaskan Lima Jurnalis

Serangan di Rumah Sakit Nasser menewaskan lima jurnalis dari berbagai media internasional, serta setidaknya 15 korban lainnya, termasuk petugas darurat, menurut Kementerian Kesehatan Gaza.

Identitas kelima jurnalis korban:

  • Husam al-Masri, juru kamera Reuters, tewas dalam serangan pertama saat menyiarkan siaran langsung. Rekamannya kerap dipakai media besar seperti BBC.
  • Mariam Dagga (33), jurnalis lepas Associated Press (AP), sering melaporkan dari rumah sakit. Ia meninggalkan seorang putra yang telah dievakuasi dari Gaza.
  • Mohammad Salama, bekerja untuk Al Jazeera dan Middle East Eye, sedang merencanakan pernikahan dengan jurnalis Hala Asfour begitu perang berakhir.
  • Ahmed Abu Aziz, jurnalis lepas Middle East Eye, berbasis di Khan Younis.
  • Moaz Abu Taha, jurnalis lepas yang pernah bekerja untuk beberapa media termasuk Haaretz (Israel) dan sesekali Reuters. Baru-baru ini ia meliput kasus anak-anak penderita malnutrisi di RS Nasser.

Selama perang di Gaza, Israel telah berulang kali menargetkan jurnalis dan membatasi akses informasi. Sejak 7 Oktober 2023, lebih dari 240 jurnalis Palestina telah tewas akibat serangan Israel di Gaza.

3. Reaksi Israel

Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengonfirmasi serangan di sekitar RS Nasser, namun pernyataannya minim detail.

Pada Senin malam, kantor PM Benjamin Netanyahu menyatakan Israel “sangat menyesalkan insiden tragis di Rumah Sakit Nasser" serta menegaskan menghargai kerja jurnalis, tenaga medis, dan warga sipil. Israel berjanji melakukan “penyelidikan menyeluruh”.

Namun, pernyataan ini tidak menyinggung dugaan penggunaan taktik double tap yang dianggap disengaja.

4. Kecaman Dunia Internasional

Serangan di RS Nasser memicu kecaman keras internasional dan meningkatkan tekanan untuk segera melakukan gencatan senjata.

Sekjen PBB António Guterres menyebut serangan itu sebagia "pembunuhan mengerikan", menegaskan hal itu menunjukkan betapa besar risiko yang dihadapi tenaga medis dan jurnalis, serta menuntut adanya investigasi cepat dan independen.

 

Menteri Luar Negeri Inggris David Lammy dan Kementerian Luar Negeir Jerman menyatakan "terkejut" dengan tindakan Israel dan menyerukan gencatan senjata segera. Sementara Presiden Prancis Emmanuel Macron menyebut serangan itu "tak dapat ditoleransi", menekankan bahwa warga sipil dan jurnalis harus dilindungi, sekaligus menyerukan bantuan kemanusiaan masuk Gaza dan agar Israel menghormati hukum internasional.

Presiden AS Donald Trump mengatakan ia belum mengetahui detail serangan, tetapi merasa "tidak senang" begitu dimintai komentar.

Sejumlah kelompok kebebasan pers juga melayangkan kecaman keras atas tindakan Israel yang terus menargetkan para jurnalis di Gaza.

Kepala Reporter Tanpa Batas (RSF), Thibaut Bruttin, mempertanyakan sampai kapan pelanggaran oleh Israel akan dibiarkan terjadi dan menekankan bahwa jurnalis seharusnya dilindungi menurut hukum internasional.

Komite Perlindungan Jurnalis (CPJ) menuduh pembunuhan jurnalis di Gaza terus berlangsung tanpa tindakan tegas dari dunia.

Asosiasi Pers Asing (Foreign Press Association) menyebut serangan ini harus menjadi "titik balik", menuntut para pemimpin dunia bertindak, dan mendesak Israel menghentikan praktik berbahaya menargetkan jurnalis, seraya menekankan bahwa terlalu banyak jurnalis sudah terbunuh tanpa alasan yang sah.

(Rahman Asmardika)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement