 
                
JAKARTA - Kisah tragis cinta Hayam Wuruk dan Dyah Pitaloka, hingga mitos larangan pernikahan Jawa dan Sunda, akan diulas lengkap dalam artikel Okezone, Senin (8/9/2025). Larangan pernikahan ini menjadi kisah populer di kalangan masyarakat Indonesia.
Salah satu penyebab larangan tersebut muncul yaitu bersumber dari cerita rakyat Hayam Wuruk yang gagal nikahi Dyah Pitaloka.
Dari situlah larangan yang kian populer di kalangan masyarakat tersebut sampai membentuk sebuah stereotipe yang cukup kuat bahwa orang Jawa tidak boleh menikah dengan orang Sunda. Lantas benarkah demikian?
Dari seluruh rangkaian cerita rakyat yang populer dikalangan masyarakat ternyata hanyalah mitos belaka. Sebab penyebab Hayam Wuruk gagal Nikahi Dyah Pitaloka karena adanya kesalahpahaman yang memicu perang bubat.
Cerita tersebut berawal dari Prabu Hayam Wuruk yang berkenan untuk mempersunting Putri Dyah Pitaloka Citraresmi. Keinginan untuk mempersunting terasa kuat karena Hayam Wuruk jatuh cinta setelah melihat sebuah lukisan Dyah Pitaloka yang diukir oleh Sungging Prabangkara, seorang seniman pada masa itu.
Tentu saja tanpa pikir panjang Hayam Wuruk lantas mengirimkan surat kehormatan pelamaran beserta undangan untuk datang ke Majapahit kepada Maharaja Linggabuana, penguasan Negeri Sunda.
Gayung bersambut, lamaran Prabu Hayam Wuruk disetujui dan Maharaja Linggabuana, Putri Dyah Pitaloka dan banyak petinggi kerajaan datang ke Majapahit, tepatnya di Pasanggrahan Bubat. Karena bersifat resmi dan adanya unsure lamaran, maka kedatangan pihak Maharaja Linggabuana hanya diiringi sedikit prajurit saja.
Bersamaan dengan hal tersebut, Mahapatih Gajah Mada yang pernah berjanji untuk mempersatukan Nusantara (Sumpah Palapa) dan dari semua kerajaan yang pernah ditaklukkan, Negeri Sunda adalah satu-satunya kerajaan yang belum berhasil dikuasai Majapahit.
Dikarenakan hal ini, Gajah Mada menjelaskan dan menyarankan kepada Prabu Hayam Wuruk bahwa pernikahan dengan Dyah Pitaloka ini bukanlah dipandang sebagai bentuk pernikahan murni, melainkan tanda menyerahnya Negeri Sunda kepada Majapahit.
Tentu saja penafsiran akan hal ini memicu ketegangan antara pihak Maharaja Linggabuana dengan Gajah Mada. Sementara Prabu Hayam Wuruk tidak dapat mengambil keputusan hingga pada akhirnya terjadi perang yang dinamakan Perang Bubat.
Imbas dari perang besar tersebut lantas membuat terbunuhnya semua petinggi kerajaan Negeri Sunda termasuk Maharaja Linggabuana.
Melihat akan hal itu Putri Dyah Pitaloka merasa dikhianati dan mengakhiri hidupnya dengan cara bela pati (bunuh diri) dengan tujuan membela kehormatan bangsa dan negaranya.
Melalui perang tersebut membuat hubungan kerjaan Majapahit dan Negeri Sunda kian rusak. Hingga seiring berjalannya waktu kian berkembang cerita rakyat tersebut dan memunculkan sebuah larangan menikah antara laki-laki suku Jawa dengan perempuan suku Sunda.
Meski begitu di zaman modern seperti sekarang. Mitos tersebut pun mulai ditentang oleh beberapa orang karena dianggap sebagai mitos popular.
(Fahmi Firdaus )