 
                “Tidak apa-apa jika dia menentang saya, tetapi ketika dia menghina saya, dia juga menghina bangsa Zulu,” katanya, menurut situs IOL, dalam pidato yang kabarnya sangat singkat pada salah satu peristiwa besar dalam kalender tradisional Zulu.
“Jika teman-temannya ada di sini, pergilah dan beri tahu dia bahwa ada arena pertarungan—jika dia ingin adu tongkat karena saya bisa melawannya,” kata raja yang berusia 50 tahun itu.
Prof. Xulu mengatakan kepada BBC bahwa ia yakin raja marah dengan wawancara yang ia berikan kepada media lokal, di mana ia menyebut pemindahan ke istana eMashobeni yang baru dapat dianggap pemborosan, mengingat sebelumnya 152 juta rand (sekitar Rp140 miliar) telah dihabiskan untuk merenovasi Istana Enyokeni, tempat Tarian Buluh telah diadakan sejak 1984, ketika upacara tersebut diperkenalkan di Afrika Selatan.
Namun, “berbicara tentang keuangan publik bukanlah sebuah penghinaan,” katanya.
“Saya bukan juru bicaranya,” tambahnya, seraya menegaskan bahwa ia memiliki gelar doktor dalam musik Zulu dan pariwisata budaya.
“Saya tidak memiliki masalah pribadi dengan raja.”
Menjawab pertanyaan tentang adu tongkat, ia mengatakan ini adalah bagian dari budaya Zulu, tetapi mereka yang bertarung harus setara dan “saya tidak setara dengan raja.” Profesor berusia 64 tahun itu juga mengatakan bahwa ia tidak pernah lagi berkelahi dengan tongkat sejak sebelum remaja.