Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Klaim Hentikan 7 Perang, Bagaimana Prospek Trump Raih Nobel Perdamaian?

Rahman Asmardika , Jurnalis-Kamis, 09 Oktober 2025 |12:25 WIB
Klaim Hentikan 7 Perang, Bagaimana Prospek Trump Raih Nobel Perdamaian?
Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
A
A
A

JAKARTA – Hadiah Nobel Perdamaian akan mengumumkan pemenangnya pada Jumat, 10 Oktober 2025, sekitar pukul 20.00 EDT atau 11 Oktober 2025 pukul 09.00 WIB. Pemenang Nobel Perdamaian dipilih oleh Parlemen Norwegia dari ratusan kandidat yang direkomendasikan.

Peluang Donald Trump

Di antara kandidat terdapat Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang telah lama menginginkan hadiah tersebut. Trump mengungkapkan keinginannya untuk menerima Nobel Perdamaian sejak masa jabatan pertamanya sebagai Presiden AS pada 2016.

Trump telah dinominasikan oleh sejumlah kepala negara yang ingin memiliki hubungan dekat dengan pemerintahan AS, mulai dari Pemerintah Pakistan hingga Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, yang menghadapi tuduhan genosida di Mahkamah Pidana Internasional.

Sang Presiden AS juga menggembar-gemborkan pencapaiannya, mengklaim telah menghentikan tujuh perang dan konflik di berbagai penjuru dunia sejak menjabat masa jabatan kedua pada Januari 2025. Terbaru, dia berhasil mendorong kelompok pejuang Palestina Hamas dan Perdana Menteri Israel Netanyahu untuk menyepakati tahap pertama gencatan senjata dalam rencana perdamaian Perang Gaza.

 

Namun, terlepas dari klaim dan pencapaian tersebut, peluang Trump untuk memenangkan Nobel Perdamaian tahun ini dirasa sangat tipis.

Profesor Swedia Peter Wallensteen, pakar hubungan internasional, mengatakan kepada Agence France-Presse bahwa Trump tidak akan memenangkan penghargaan tersebut tahun ini, tetapi mungkin pada tahun 2026, ketika "berbagai inisiatifnya, termasuk krisis Gaza, telah mereda".

Banyak pakar menganggap klaim "pembawa perdamaian" Trump berlebihan dan menyatakan kekhawatiran atas konsekuensi kebijakan "America First"-nya.

"Selain berupaya menjadi perantara perdamaian untuk Gaza, kami telah menyaksikan kebijakan-kebijakan yang justru bertentangan dengan niat dan apa yang tertulis dalam wasiat [Alfred] Nobel, terutama untuk mendorong kerja sama internasional, persaudaraan antarbangsa, dan perlucutan senjata," kata Nina Græger, yang mengepalai Institut Penelitian Perdamaian Oslo, sebagaimana dilansir SBS News Australia.

Trump telah menarik AS dari organisasi internasional dan perjanjian multilateral, melancarkan perang dagang melawan sekutu maupun musuh, mengancam akan merebut Greenland dari Denmark secara paksa, memerintahkan Garda Nasional ke kota-kota AS, dan menyerang kebebasan akademik universitas serta kebebasan berekspresi.

"Kami mempertimbangkan gambaran yang utuh," jelas Jørgen Watne Frydnes, ketua komite beranggotakan lima orang yang menganugerahkan hadiah perdamaian tersebut.

"Keseluruhan organisasi atau kepribadian lengkap orang tersebut penting, tetapi yang pertama dan terutama kita lihat adalah apa yang sebenarnya telah mereka capai demi perdamaian," ujarnya.

 

Siapa Kandidat Penerima Nobel Perdamaian 2025

Tahun ini, 338 individu dan organisasi telah dinominasikan untuk hadiah perdamaian tersebut, dengan daftarnya dirahasiakan selama 50 tahun.

Puluhan ribu orang berhak mengusulkan kandidat, termasuk politisi dan anggota kabinet dari semua negara, mantan peraih Nobel, beberapa profesor universitas, dan anggota komite Nobel.

Pada 2024, penghargaan tersebut diberikan kepada kelompok penyintas bom atom Jepang, Nihon Hidankyo, atas upaya mereka dalam melarang senjata nuklir.

Tanpa calon favorit yang jelas tahun ini, beberapa nama telah beredar di Oslo menjelang pengumuman pada Jumat. Beberapa nominasi berpeluang menerima hadiah Nobel Perdamaian 2025 antara lain Sudan's Emergency Response Rooms, jaringan relawan yang mempertaruhkan nyawa mereka untuk memberi makan dan membantu orang-orang yang menderita perang dan kelaparan, serta Yulia Navalnaya, janda kritikus Kremlin Alexei Navalny, dan pengawas pemilu dari Kantor Lembaga Demokratik dan Hak Asasi Manusia.

Selain itu, nama seperti Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa António Guterres, badan PBB seperti UNHCR dan UNRWA, hingga Mahkamah Pidana Internasional dan Reporter Tanpa Batas, juga dinilai memiliki potensi.


 

(Rahman Asmardika)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement