PESHAWAR - Tujuh tentara Pakistan tewas dalam serangan bunuh diri di dekat perbatasan Afghanistan pada Jumat (17/10/2025). Peristiwa ini terjadi di tengah gencatan senjata yang masih berlangsung antara kedua negara.
Kedua negara tetangga di Asia Selatan tersebut terlibat dalam pertempuran darat yang sengit. Pakistan juga melancarkan serangan udara di perbatasan yang disengketakan. Serangan ini menewaskan puluhan orang dan melukai ratusan lainnya. Kedua pihak kemudian mencapai gencatan senjata 48 jam yang akan berakhir pada pukul 13.00 GMT pada Jumat.
Pejabat keamanan Pakistan menyebut, para tentara tewas dalam serangan militan di sebuah kamp militer Pakistan di Waziristan utara. Serangan ini menyebabkan 13 orang terluka.
Ia menjelaskan, seorang militan menabrakkan kendaraan bermuatan bahan peledak ke dinding batas sebuah benteng yang berfungsi sebagai kamp militer. Sementara dua lainnya mencoba masuk ke fasilitas tersebut dan ditembak mati.
Militer Pakistan tidak segera menanggapi permintaan komentar.
Kekerasan militan di Pakistan telah menjadi gangguan besar dalam hubungannya dengan Taliban Afghanistan, yang kembali berkuasa di Kabul setelah pasukan pimpinan AS mundur pada tahun 2021.
Konflik terbaru antara kedua negara dipicu setelah Islamabad menuntut Kabul untuk mengendalikan militan yang telah meningkatkan serangan di Pakistan, dengan mengatakan mereka beroperasi dari tempat persembunyian di Afghanistan.
Perdana Menteri Pakistan Shehbaz Sharif mengatakan pada hari Kamis bahwa Pakistan "membalas" karena kehilangan kesabaran terhadap Afghanistan menyusul serangkaian serangan militan. Namun, pihaknya siap mengadakan perundingan guna menyelesaikan konflik.
Taliban membantah tuduhan tersebut. Taliban malah menuduh militer Pakistan menyebarkan informasi yang salah tentang Afghanistan, memprovokasi ketegangan di perbatasan, dan melindungi militan yang terkait dengan ISIS untuk merusak stabilitas dan kedaulatannya.
Islamabad membantah tuduhan tersebut.
Meskipun negara-negara Islam telah bentrok di masa lalu, pertempuran bulan ini adalah yang terburuk dalam beberapa dekade. Hal ini telah menarik perhatian Arab Saudi dan Qatar, yang telah memediasi dan berusaha menghentikan pertempuran.
Presiden AS Donald Trump mengatakan ia dapat membantu menyelesaikan konflik tersebut.
(Erha Aprili Ramadhoni)