Masukan yang diberikan, lanjutnya, berkaitan dengan berbagai program pendidikan seperti zonasi sekolah, ujian nasional, dan penggunaan dana BOS. Tabrani menegaskan bahwa tidak pernah ada pembahasan mengenai pengadaan laptop berbasis Chromebook di grup tersebut.
“Konteksnya itu sebenarnya bagaimana menciptakan sistem pendidikan yang didukung oleh teknologi. Jadi tidak ada pembicaraan soal kewajiban menggunakan Chrome atau pengadaan Chromebook,” imbuhnya.
Sementara itu, Najelaa Shihab yang dikonfirmasi secara terpisah membenarkan bahwa dirinya tergabung dalam beberapa grup bersama Nadiem Makarim, termasuk dengan sejumlah mitra pendidikan independen dan eksternal.
Menurutnya, grup tersebut fokus membahas saran, usulan, dan kebijakan pendidikan sesuai dengan rekomendasi Pusat Studi Pendidikan dan Kebijakan (PSPK), yang memang berperan mendukung kementerian dalam hal pengembangan kurikulum dan penerimaan peserta didik baru (PPDB).
“Namun, saya tidak pernah ikut membahas, baik secara langsung maupun dalam grup WhatsApp khusus, tentang persiapan atau perencanaan pengadaan Chromebook dan peralatan teknologi informasi. Program tersebut bukan bagian dari lingkup pekerjaan PSPK, karena kami fokus pada substansi kebijakan pendidikan, bukan sarana dan prasarana,” jelas Najelaa.
(Awaludin)