 
                
HAVANA – Badai Melissa menerjang kawasan Karibia utara pada Rabu 29 Oktober 2025, setelah sebelumnya menghantam kota terbesar kedua di Kuba. Badai dahsyat ini mengisolasi ratusan komunitas pedesaan, menimbulkan kerusakan parah di Jamaika, dan mengguyur Haiti hingga menewaskan sedikitnya 25 orang.
Melissa menghantam Jamaika pada Selasa sebagai badai terkuat yang pernah melanda pulau itu secara langsung. Kecepatan angin berkelanjutannya mencapai 185 mil per jam (298 km/jam) — jauh di atas ambang batas Kategori 5, klasifikasi tertinggi dalam skala badai.
Pada pukul 20.00 waktu setempat (0000 GMT), Melissa telah melemah menjadi badai Kategori 1, namun masih membawa angin kencang, hujan lebat, dan gelombang pasang besar saat bergerak ke timur laut melalui kepulauan Bahama. Pemerintah setempat melaporkan sekitar 1.500 warga telah dievakuasi.
Penduduk di Bahama serta Kepulauan Turks dan Caicos kini berlindung, sementara sekitar 895 mil (1.440 km) di timur laut Bermuda tengah bersiap menghadapi kondisi badai yang diperkirakan akan tiba pada Kamis.
Mengutip Reuters, Kamis (30/10/2025), lembaga cuaca AccuWeather menyebut Melissa sebagai badai terkuat ketiga yang pernah tercatat di Karibia, sekaligus badai paling lambat bergerak, faktor yang membuat dampaknya semakin destruktif.
Meskipun pusat badai tidak secara langsung menghantam Haiti, hujan deras yang berlangsung berhari-hari menimbulkan banjir besar dan longsor di beberapa wilayah. Pihak berwenang melaporkan sedikitnya 25 orang tewas, sebagian besar di Petit-Goâve, kota pesisir sekitar 64 km di barat ibu kota Port-au-Prince, akibat meluapnya sungai.
Badan Penanggulangan Bencana Haiti melaporkan 10 anak termasuk di antara korban tewas, sementara 12 orang lainnya masih hilang.
Lebih dari 1.000 rumah terendam banjir, dan hampir 12.000 warga mengungsi ke tempat penampungan darurat.
Seorang pengungsi di Les Cayes, Fortune Vital, mengungkapkan kondisi sulit yang dihadapi warga.
“Saya terpisah dari keluarga saya yang sudah kekurangan makanan. Jika badai datang di atas semua masalah yang kami miliki, kami bisa mati begitu saja,” ujarnya pilu.
(Awaludin)