Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Sidang Etik Sahroni di MKD, 2 Ahli Sebut Manipulasi dan Disinformasi Jadi Akar Masalah

Arief Setyadi , Jurnalis-Senin, 03 November 2025 |20:09 WIB
Sidang Etik Sahroni di MKD, 2 Ahli Sebut Manipulasi dan Disinformasi Jadi Akar Masalah
Ahli Sosiologi Trubus Rahardiansyah (Foto: Tangkapan layar)
A
A
A

JAKARTA – Ahli Sosiologi Trubus Rahardiansyah mengungkapkan pernyataan Ahmad Sahroni yang viral bukan penghinaan atau ujaran kebencian. Kala itu, Sahroni sempat melontarkan pernyataan orang yang ingin membubarkan DPR RI adalah orang tolol sedunia.

Trubus menekankan hal tersebut saat dihadirkan sebagai saksi ahli dalam sidang Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) DPR RI, Senin (3/11/2025). 

“Apa yang disampaikan Pak Ahmad Sahroni itu merespons setting atau situasi yang melatarbelakanginya. Nah, saya melihat apa yang disampaikan itu tidak menyinggung apa pun. Walaupun di situ ada kata ‘tolol’ yang diviralkan, itu menurut saya lebih menyampaikan bahwa tidak mungkin DPR dibubarkan. Kita kan sistemnya bukan parlementer, tapi non-parlementer,” ujar Trubus.

Trubus mengatakan, manipulasi informasi di media sosial sering menggiring opini publik keluar konteks. “Ini kan sebenarnya arahnya ke sana. Tapi kemudian dipahami berbeda karena manipulasi. Makanya, di Pasal 35 UU ITE itu kan dilarang orang memanipulasi dan mengubah-ubah informasi. Jadi apa yang disampaikan Pak Ahmad Sahroni bukan ucapan kriminal ataupun kebencian,” tambahnya.

Pernyataan Trubus sejalan dengan Gustia Aju Dewi, pakar analisis perilaku. “Zaman sekarang perang bukan lagi dengan senjata api, tapi senjatanya informasi yang diselewengkan, bisa dipotong. Jadi 90% kebenaran itu bukan kebenaran, karena ada 10% yang tidak dimasukkan sehingga informasi tersebut menjadi disinformasi,” katanya. 

Ia menambahkan, penyebar DFK atau Disinformasi, Fitnah, dan Kebencian dapat dilacak dengan teknologi digital forensik. “Siapa yang menggulirkan sampai sekarang belum terungkap. Sebenarnya dengan teknologi AI, itu mudah dilakukan digital forensik, Yang Mulia, untuk menelusuri siapa yang pertama kali mengeluarkan narasi-narasi DFK,” terangnya.

Dari keterangan tersebut, para ahli menegaskan gelombang opini negatif terhadap DPR, termasuk Sahroni, muncul akibat penggiringan opini dan disinformasi terstruktur di media sosial, bukan secara alami.

(Arief Setyadi )

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement