Ia juga menyoroti klarifikasi pihak UGM yang menjelaskan bahwa mahasiswa pada masa itu mencetak skripsi di ‘Percetakan Prima’. Namun, ia mengklaim menemukan ketidaksesuaian data sejarah terkait keberadaan percetakan tersebut.
“Ternyata Prima pun belum ada tahun 1985. Padahal Prima baru berdiri 1986, dan saat itu baru berupa layanan penjilidan dan fotokopi,” tegasnya.
Berdasarkan sejumlah temuan tersebut, Rismon menilai Rektor UGM bertindak layaknya lone wolf atau mengambil langkah sendiri tanpa basis data yang kuat. Menurutnya, pernyataan itu disampaikan tanpa terlebih dahulu melibatkan tim ahli untuk melakukan verifikasi ilmiah.
“Statement dari Profesor Ova Emilia itu berdiri sendiri. Tidak ada basis yang mengatakan ‘setelah kami membentuk tim ahli forensik, kimia, administrasi, kearsipan, maka kami pastikan 100 persen ijazah asli’. Tidak ada, kan? Seolah-olah dia lone wolf, tidak mendasarkan pada temuan,” pungkasnya.
(Awaludin)