Selain itu, dilakukan program pemulihan pembelajaran, pembelajaran fleksibel dan diferensiasi, penyesuaian jadwal dengan kondisi siswa yang mungkin masih mengungsi, penerapan pembelajaran blended atau hybrid learning jika memungkinkan, serta pengelompokan berdasarkan tingkat capaian murid.
“Kemudian, sistem asesmen dalam masa transisi, asesmen berbasis portofolio atau unjuk kerja sederhana, remedial berkelanjutan untuk murid terdampak berat, serta penilaian perkembangan sosioemosional murid,” ujarnya.
Ia menambahkan, skenario ketiga merupakan tahap pemulihan lanjutan selama 1–3 tahun, karena beberapa sekolah benar-benar hilang dan harus dibangun sekolah baru yang membutuhkan waktu lebih dari satu tahun. Pada tahap ini, pembelajaran dilakukan dengan integrasi permanen pendidikan kebencanaan, penguatan kualitas pembelajaran, pembelajaran inklusif berbasis ketahanan, serta sistem monitoring dan evaluasi pendidikan darurat.
“Ini yang terkait dengan pembelajaran yang nanti kami rencanakan dimulai pada 5 Januari yang akan datang,” katanya.
(Arief Setyadi )