JAKARTA - Penghuni rumah kontrakan yang disergap tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror di Jalan Kemanggisan Pulo, Palmerah, RT 15/RW 09, Jakarta Barat dikenal sebagai pribadi tertutup (introvert).
Seorang warga yang neggan disebutkan namanya mengaku mengetahui aktivitas harian si penghuni kontrakan. Ia mengatakan, penghuni rumah tersebut lebih suka mengurung diri di dalam rumah.
"Kalau datang pas pulang malam-malam, langsung tutup pintu, lampu dimatikan," ujarnya di lokasi kejadian, Palmerah, Jakarta Barat, Sabtu (27/10/2012).
Sejatinya, si penghuni kontrakan yang diketahui suami-isteri itu baru pindah dari kontrakan lama mereka antara sepekan hingga dua pekan. Kontrakan lama mereka berada sekitar 500 meter dari kontrakan baru. "Saya sendiri yang ikut bantu-bantu pindahan," terangnya.
Ketika pindahan, si warga itu, hanya istrinya saja yang mengangkut barang-barang untuk dibawa ke kontrakan baru mereka. Isi barang yang diangkut berupa perkakas rumah seperti lemari, peralatan dapur, dan kasur. "Kalaupun ada buku paling ya sudah dibungkus. Saya tidak tahu apa isi buku-buku itu di dalamnya," katanya.
Densus 88 menggerebek kontrakan itu pukul 15.00 WIB. Penggerebekan itu dilakukan selang dua hingga tiga jam setelah Densus menangkap Herman Setyono dan David Ashari di di RT 03/ RW 09 Kemanggisan, Palmerah, Jawa Barat. Namun, di penggerebekan yang kedua, Densus gagal menangkap penghuni rumah. Sepasang suami isteri itu tidak berada di sana ketika Densus melakukan penyergapan.
Informasi yang dihimpun, mereka yang lolos dari penyergapan itu bernama Yanto dan isterinya Patra. Belum jelas betul identitas asli mereka.
Masih menurut penuturan si warga, tingkah sepasang suami isteri itu begitu misterius. Kepada masyarakat sekitar, mereka hampir tidak pernah membaur. "Mereka menutup diri di rumah. Isterinya mengenakan cadar. Sedang hamil enam bulanan," katanya.
Di kontrakan lamanya, kata warga itu Yanto dan Patra hanya lima bulan menghuni di sana. Sekitar empat pria berjengkot diketahui malam-malam pernah bertamu di sana. "Tapi karena tertutup, kita tidak tahu siapa mereka. Kontrakan lamanya mau direnovasi, makanya pindahan," ungkap pria yang mengenakan kaos merah itu.
Warga itu mengaku tidak kenal secara pasti dari mana mereka berasal. Dari selentingan, kata dia, Yanto berasal dari Padang, adapun Patra merupakan perempuan asal Serang, Banten. "Tapi saya tidak tahu pastinya," ungkapnya.
Lantas, siapa sebenarnya Yanto dan Patra? Ketua RT Ketua RT 15/RW 9, Sugiarto mengaku memang tidak tahu. Dia berkilah mereka sebelumnya tidak pernah memberi tahu akan menjadi warganya. "Saya tidak tahu. Mereka tidak pernah laporan izin mau tinggal di sini," katanya.
Namun, kata Sugiarto, Patra diketahui sudah kabur dari kontrakan dari pukul 12.00 WIB. "Katanya pulang ke rumah orang tuanya. Kalau Yanto saya tidak tahu," katanya.
Benang merah sedikit terurai dari penggerebekan dua jam sebelumnya di RT 03/RW 09 Kemanggisan, Palmerah. Di sana, Densus menangkap tiga pria. Dua pria itu diketahui sebagai tuan rumah, Herman dan David. Adapun yang satu lagi belum diketahui identitasnya. Informasi yang dihimpun, pria yang ikut diringkus itu bernama Yanto.
Kemungkinan Yanto yang ditangkap Densus itu adalah pria yang beristerikan Parta tersebut. Rumor menyebutkan, Yanto merupakan ketua dari para terduga teroris yang digerebek hari ini di beberapa titik. Sugiarto sendiri enggan berspekulasi. "Saya tidak tahu siapa dia," terangnya.
Salah seorang warga lain yang mengaku menjadi tetangganya di kontrakan yang lama sudah curiga dengan gerak-gerik mereka. "Jangan-jangan mereka teroris. Eh, ternyata beneran," katanya.
(Rizka Diputra)