JAKARTA - Pengamat Politik Yunarto Wijaya menilai Partai Golkar perlu menyaring ulang kader yang layak menjadi calon presiden. Ini menyusul melorotnya popularitas Ketua Umum Aburizal Bakrie (Ical).
"Ical harus berani bertarung di atas sebuah mekanisme demokrasi melalui konvensi, sehingga kemudian ketika Ical memenangkan pertarungan internal secara demokratis orang tidak akan menuduh macam-macam," kata Yunarto saat berbincang dengan okezone, Minggu (26/2/2012).
Kata dia, Ical seharusnya lebih berani memanfaatkan dan membuka ruang untuk terjadinya sebuah konvensi. Degan begitu, Ical bisa mengamankan kader-kader yang memberikan dukungan kepadanya.
"Ketika mekanismenya resmi menyatakan Ical sebagai capres, saya pikir tidak ada yang berspekulasi terhadap keberadaan Ical sebagai capres," tuturnya.
Dengan begitu, tambahnya, akan terjadi pertarungan yang sehat dan bisa juga menaikkan citra Partai Golkar di mata masyarakat. Yunarto melihat masih banyak kader partai pohon beringin ini yang layak menjadi calon presiden. Beberapa kader Partai Golkar juga menduduki posisi kepala daerah.
"Pemimpin daerah ini kan merepresentasikan pemimpin nasional tapi dalam skala masih kecil.Ini luar biasa kalau Golkar berani," tukasnya.
Yunarto khawatir jika Partai Golkar hanya mengangkat nama Ical sebagai capres, bukan tidak mungkin masyarakat akan menilai Partai Golkar yang selama ini dianggap organisasi modern ternyata sebagai partai personalisasi Ical.
Kecenderungan itu terlihat ketika acara nasional foto Ical selalu terlihat lebih besar dibandingkan lambang partai. Penyebababnya, menurut Yunarto, karena Ical sangat berambisi menjadi presiden.
Alasan lainnya yakni, sebagian besar kader masih merasa bahwa pengusaha memang memiliki kemampuan untuk melakukan politik transaksional. Ini harus dimainkan dalam irama yang seimbang, jangan sampai Golkar ini hanya sebatas Ical saja," pungkasnya. (tri)
(Insaf Albert Tarigan)