SUKOHARJO - Kematian Fajar Nur Murdianto (11) siswa kelas V sebuah SD di Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, sangat disesalkan keluarga. Mereka pun bertekad untuk mengawal kasus ini dan menolak tawaran damai.
Paman almarhum, Surono, menuturkan, ada upaya yang dilakukan salah satu keluarga terduga pelaku pengeroyokan untuk mengajak damai.
Atas permintaan dari keluarga terduga pelaku penganiayaan, perangkat desa setempat datang ke rumah membawa sejumlah uang dengan permintaan agar keluarga korban mau mencabut laporan di kepolisian.
“Jelas kami tolak dan bertekad meneruskan kasus tersebut hingga pengadilan,” ucap Surono, Minggu (25/5/2014).
Selain itu, keluarga juga menyesalkan sikap sekolah yang terkesan tidak melakukan pengawasan maksimal terhadap para siswa sehingga pengeroyokan ini terjadi. Ia juga menyangsikan pihak sekolah tidak mengetahui kasus pengeroyokan ini. Pasalnya, Fajar sempat diantar pulang oleh penjaga sekolah setelah babak belur dihajar teman-temannya.
“Ironisnya, pihak sekolah baru menjenguk Fajar di rumah sakit seminggu kemudian. Itu pun setelah pihak keluarga meminta izin lagi ke sekolah karena Fajar masih dirawat di rumah sakit,” ungkapnya.
Surono mengaku heran kasus penganiayaan yang sudah terjadi sejak setahun lalu atau saat korban duduk di bangku kelas IV, namun sekolah tidak mengetahuinya.
“Masak para guru tidak tahu sedangkan murid saja mengetahui setiap hari korban dipukuli. Lagian jarak antara kelas dan ruang guru tidak jauh. Mustahil kalau tidak tahu,” tuturnya.
Sementara itu, Fajar sudah dimakamkan tadi siang tanpa dihadiri orangtuanya. Kerabat dan warga memang meminta orangtua almarhum, Wiji Ciptowiyono dan Waginem,untuk tidak ikut ke tempat pemakaman mengingat kondisi mereka belum memungkinkan. Sejak Fajar meninggal tadi pagi, keduanya beberapa kali pingsan.
(Anton Suhartono)