PARIS – Jumlah korban tewas dalam penembakan brutal oleh teroris di kantor Majalah Charlie Hebdo yang berlokasi di Paris bertambah menjadi 12 orang. Dua di antaranya petugas kepolisian setempat. Serangan ini merupakan yang terburuk dalam sejarah keamanan di Prancis.
Pihak kepolisian setempat seperti dikutip dari Reuters, Kamis (8/1/2015) menyatakan para penyerang yang berpakaian serba hitam dan sangat terlatih secara militer berjumlah tiga orang dan kini masih dalam proses pengejaran.
Aksi penembakan brutal ini diduga lantaran majalah Charlie Hebdo menerbitkan karikatur yang dianggap menghina Nabi Muhammad serta pemberitaannya acapkali memojokkan militan ISIS. Majalah mingguan Charlie Hebdo selama ini memang dikenal sering membuat kontroversi dengan menerbitkan karikatur yang bersifat “menyerang” politisi atau tokoh agama lintas keyakinan.
Beberapa waktu lalu, majalah ini menerbitkan karikatur yang dianggap menghina Nabi Muhammad. Kalangan Jihadis telah memperingatkan dan mengancam majalah ini akan membayar atas apa yang telah mereka perbuat. Pemberitaan bernada penghinaan baru-baru ini juga dialamatkan kepada pimpinan ISIS Abu Baks al-Baghdadi yang digambarkan sebagai “srigala kesepian”
Sementara itu, akibat serangan ini Pemerintah Prancis telah mengumumkan situasi darurat serta meningkatkan pengamanan di objek-objek vital, tempat ibadah, kantor media, dan pusat perbelanjaan. Hingga saat ini belum ada pihak yang mengaku bertanggung jawab atas serangan mematikan yang merenggut nyawa para jurnalis dan petugas kepolisian ini.
“Aksi barbar telah terjadi hari ini di Paris. Tindakan-tindakan nyata telah dilakukan untuk mencari siapa pihak yang harus bertanggung jawab atas insiden ini. Mereka saya pastikan akan diburu dan diseret ke pengadilan untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya,” tegas President Prancis Francois Hollande.