“Beliau merupakan sosok kiai yang langka, setiap malam tidak pernah tidur, hanya mengabiskan malamnya dengan muthala’ah atau membaca kitab kuning hingga subuh,” tutur Oman, alumnus Pesantren Tebuireng yang tinggal di Jakarta.
Sebagai ulama besar, ribuan santri di Pondok Pesantren Tebuireng telah menimba ilmu dari Kiai Ishaq Latief. Tak hanya itu, Kiai Ishaq Latief juga memiliki pengajian rutin yang dikenal dengan pengajian Reboan di kampung halaman Sidoarjo.
"Pengajian ini diikuti masyarakat luas. Kami sebagai generasi muda NU sangat kehilangan sosok kiai sepuh seperti beliau," ujarnya.
Selain santri dan alumni Ponpes Tebuireng yang kehilangan, sejumlah penguna jejaring sosial menyatakan turut berduka cita atas meninggalnya kiai kharismatik tersebut. Kontan saja foto Ishaq Latief serta postingan mengucapkan berduka cita juga mewarnai aktivitas sosial media.
Beliau dikebumikan di area makam masyayikh Pesantren Tebuireng, satu lokasi dengan makam KH M Hasyim Asyari, KH A Wahid Hasyim dan KH Abdurrahman Wahid.
(Muhammad Sabarudin Rachmat (Okezone))