Alkisah Sintong Pandjaitan & Benny Murdani di Operasi Woyla

Randy Wirayudha, Jurnalis
Sabtu 28 Maret 2015 08:00 WIB
Share :

“Yailah, terima kasih, terima kasih,” balas Sintong sembari bersyukur soal pemberitahuan itu. Jika tidak, anak buahnya malah akan terlempar ke bawah pintuy darurat dan terhantam tangga darurat.

Ketika memasuki area pembajakan di landasan, pasukan “disembunyikan” di lantai kendaraan untuk menjaga kerahasiaan. Benny Murdani pun harus duduk di atas anak-anak buahnya.

Di sisi lain, Sintong sudah mulai merasa Benny Murdani ingin ikut terjun langsung. Sintong berharap sang komandan tidak ikut operasi lantaran rentan sasaran musuh.

Dalam biografinya, Murdani menuturkan,: “Tempat terbaik bagi saya, harus bersama mereka (pasukan). Saya beranggapan, nilai politik psikologinya besar sekali. Kalau pun saya ikut mati tertembak, tetap bisa membuktikan, pemerintah Indonesia tidak pernah menyerah dalam menghadapi tuntutan pembajak,”.

31 Maret ’81 sekira pukul 10.43 dini hari, pasukan pun menggeruduk para pembajak dan dalam tempo kurang dari 10 menit, situasi bisa diamankan, kendati ada korban di pihak pasukan.

Seketika selesainya operasi, Benny Murdani yang akhirnya ikut naik ke pesawat, menggunakan mic di kokpit pesawat, untuk melaporkan langsung pada Kepala Bakin (sekarang BIN), Yoga Sugomo.

Halaman:
Lihat Semua
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya