Soerjadarma ditetapkan Markas Tertinggi TKR di Yogyakarta melalui Letjen Oerip Soemohardjo, sebagai kepala staf, ditemani wakil kepala,
Melalui penetapan pemerintah no.6/SD, tanggal 9 April 1946, nama TKR Jawatan Udara “dipensiunkan” dan diganti Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) dan kini TNI AU. Sementara Soerjadarma diangkat selaku Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) yang pertama dengan pangkat Komodor Udara.
Tak seperti membalikkan telapak tangan buat Soerjadarma membentuk AURI yang kuat. Situasinya sangat tidak menguntungkan dan tugas Soerjadarma bak disebut “Mission Impossible” untuk punya armada udara.
Betapa tidak, saat itu AURI hanya punya sejumlah pesawat peninggalan Jepang macam Cureng (Yokosuka K5Y), Guntai (ki-51), Cukiu (Ki-55), Nishikoren (N1k2-J) dan Hayabusha (Nakajima Ki-43). Belum lagi keterbatasan sumber daya manusia.
Sembari memanggil Agustinus Adisutjipto untuk memperkuat armada udara, Soerjadarma menggariskan tiga kebijakan pertamanya, yakni konsolidasi organisasi pusat, persiapan untuk segera menjalankan operasi udara, serta menjalankan pendidikan para calon penerbang.