JAKARTA – Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah menyodorkan nama untuk menggantikan Panglima TNI Jenderal Moeldoko ke DPR. Nama yang disodorkan yakni Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD), Jenderal Gatot Nurmantyo.
Menanggapi hal itu, mantan Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU), Marsekal TNI (Purn) Chappy Hakim, mengimbau Angkatan Udara agar tetap tenang, lantaran Presiden Jokowi kembali memilih prajurit dari kalangan AD untuk mengisi posisi Panglima TNI.
Dia meminta prajurit TNI AU untuk berjiwa besar dan rendah hati, meski tradisi pergiliran Panglima TNI yang mestinya jatuh pada KSAU Marsekal Agus Supriatna .
“Untuk Keluarga Besar AU, agar tetap tenang. Mungkin Presiden memiliki pertimbangan lain. Tunjukkan AU senantiasa berjiwa besar dan rendah hati,” kicau Chappy melalui akun twitter-nya, @chappyhakim, Rabu (10/5/2015).
Dari penelusuran Okezone, Chappy mengatakan bahwa makna dari hak prerogatif presiden dan tidak ada ketentuan posisi Panglima TNI harus bergilir dari angkatan satu ke yang lain. Berarti posisi itu memang bukan dari AU.
“Akhirnya kita semua mengerti bahwa makna hak prerogatif Presiden dan tidak ada ketentuan harus bergilir. Itu artinya bukan dari AU,” ungkapnya.
“Jabatan Panglima TNI bukanlah segala-galanya. Tugas-tugas AU walau mungkin tidak dipahami banyak orang, jauh lebih mulia untuk kita kerjakan bersama!,” lanjut Chappy.
Lebih lanjut, lulusan Akademi AU tahun 1971 ini meminta agar para anggota TNI AU tak perlu ikut rebutan apapun, termasuk posisi Panglima TNI.
“Bung Karno (Presiden Soekarno) bilang, RI itu Ibu Pertiwi (darat dan laut) ditambah Bapak Angkasa (Udara). Tugas Bapak adalah ngemong. Jadi, enggak usah ikut-ikut rebutan apapun,” tutupnya.
(Randy Wirayudha)