Hikayat Raja Perkasa Penguasa Negeri Bawah Angin

Salman Mardira, Jurnalis
Senin 29 Juni 2015 08:04 WIB
Makam Sultan Iskandar Muda (Foto: Salman Mardira/Okezone)
Share :

Karena menjanjikan secara politik ekonomi, Portugis terus mengincar Selat Malaka sehingga sering bentrok dengan militer Aceh yang mati-matian mempertahankannya dari kekuasaan asing.

Menurut riwayat dalam kurun 1573 hingga 1627, pasukan Aceh dibawah kendali Iskandar Muda sedikitnya 16 kali terlibat perang dengan Portugis. Aceh sulit ditaklukkan karena memiliki alutsista mumpuni kala itu, salah satunya kapal perang induk Cakra Donya. Portugis menjuluki kapal Cakra Donya itu sebagai "Espanto del Mundo", alias Teror Dunia.

Kapal ini dikisahkan memiliki 100 meriam dan tergantung tiga lonceng raksasa sebagai alat penabuh perang, salah satunya lonceng buatan tahun 1409, hadiah dari Kerajaan China kepada Kerajaan Samudera Pasai yang diantar Laksama Cheng Ho ke Aceh tahun 1414, sebagai simbol persahabatan dua negara.

Selain mempertahankan Selat Malaka dari rebutan Portugis, Iskandar Muda tercatat juga pernah menaklukkan Kerajaan Deli, Johor, Bintan, Pahang, Kedah, Minangkabau, Perak dan Nias dari 1612 hingga 1625.

Berhasil menundukkan Kerajaan Pahang, Iskandar Muda ikut menikahi putri mahkota kerajaan itu yang bernama Kamaliah. Perempuan jelita itu kemudian dibawa ke Aceh dan dikenal dengan nama Putroe Phang alias Putri Pahang.

Dia membangun Gunongan atau gunung buatan dan taman sari di area Istana, untuk mengobati rasa rindu permaisurinya akan kampung halaman.

Saat berkuasa, Iskandar Muda menjalin hubungan bilateral yang baik dengan negara-negara Eropa seperti Inggris, Belanda, Perancis, serta negara-negara Islam serupa Turki, Persia (kini Iran), India dan lainnya.

Dia juga membangun komunikasi harmonis dengan Kerajaan Inggris, salah satunya lewat surat dikirim kepada Raja Inggris, King James I tahun 1615 untuk menunjukkan kepada dunia betapa pentingnya Aceh sebagai salah satu negeri berdaulat dan kekuatan international saat itu.

"Hamba lah sang penguasa perkasa negeri-negeri di bawah angin, yang terhimpun di atas tanah Aceh dan atas tanah Sumatera dan atas seluruh wilayah-wilayah yang tunduk kepada Aceh, yang terbentang dari ufuk matahari terbit hingga matahari terbenam,” demikian sepenggal isi surat dikirim Sultan Iskandar Muda kepada Inggris. Surat itu masih tersimpan di Museum Aceh.

Halaman:
Lihat Semua
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya