"Rabu, 28 Oktober 2015, kami bawa ke rumah sakit karena BAB. Dan saat diperiksa, dokter mendiagnosa Falya alami dehidrasi ringan dan harus dirawat, sehari dirawat dia membaik," terang Ibrahim.
Saat itu, kata Ibrahim anak keduanya sudah mulai ceria dan bercanda dengan kakaknya. Bahkan, sudah bisa berlarian. "Saat itu sudah boleh pulang sama dokter. Tapi sebelum pulang dia disuntik lewat infusnya oleh dokter," katanya.
Setelah disuntik dokter, Falya yang tadinya ceria malah mengalami kondisi kritis akibat suntikan itu. Tubuhnya membiru dan muncul bintik-bintik, bahkan keluar busa dari mulutnya.
"Ada kesalahan yang terjadi. Kami tanya kepada beberapa rekan yang kebetulan dokter, prosedur suntikan itu salah, mestinya harus melalui observasi terlebih dahulu," ujarnya.
Diakui Ibrahim, setelah anaknya meninggal, pihak rumah sakit tidak meminta biaya perawatan apapun, dan hanya mengenakan biaya pad asaat berada di ruang perawatan sebesar Rp1,5 juta.