BLITAR - DPRD Kabupaten Blitar meminta eksekutif tidak mengabaikan fenomena pekerja anak di Kabupaten Blitar. Hal itu menyusul adanya laporan tidak sedikit kelompok anak anak yang menerjunkan diri sebagai kuli di lokasi tambang galian C.
Sekretaris Komisi IV DPRD Kabupaten Blitar Gatot Darwoto sejumlah anak nekat bekerja karena alasan putus sekolah.
“Ada juga karena tidak ada pilihan lain. Mereka terpaksa bekerja untuk membantu orang tua,“ ujar Gatot kepada wartawan, Senin (15/2/2016).
Tambang galian C ini berlokasi di kawasan Kali Bladak, Kecamatan Nglegok yang terpaut beberapa kilometer dari puncak Gunung Kelud. Diantara para pekerja kasar yang menaikkan material pasir ke atas truk terlihat anak anak yang bekerja tidak kalah keras. Mereka memeras keringat seperti halnya kuli dewasa yang memburu upah harian.
“Tentunya ini sangat disayangkan mengingat anak anak harusnya bersekolah,“ terangnya.
Usia pendidikan kuli anak ini bervariasi. Beberapa diantaranya berusia setingkat sekolah menengah pertama. Namun tidak sedikit yang setara dengan pendidikan menengah atas. Gatot meminta perangkat desa setempat untuk tidak berpangku tangan. Perangkat desa, kata dia diharap bisa proaktif mencegah maraknya pekerja anak. “Begitu juga dengan para pemilik modal hendaknya juga tidak menerima pekerja yang masih berusia anak anak,“ papar Gatot.
Terkait masa depan pendidikan para pekerja anak, Gatot berjanji akan berkoordinasi dengan dinas pendidikan untuk mencari win win solution. Politisi PDI Perjuangan ini bersikukuh anak anak ini harus kembali ke bangku sekolah guna menuntaskan kewajiban belajarnya. Disisi lain merekrut anak anak sebagai pekerja adalah melanggar ketentuan yuridis. “Intinya masa depan pendidikan anak anak harus tuntas. Mencari uang untuk kehidupan adalah tugas orang tua,“ tegas Gatot.
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Blitar Totok Subuhandono berjanji siap mengembalikan hak belajar anak anak pekerja. Dinas pendidikan, kata dia siap memberikan ruang pendidikan selebar lebarnya. Namun perlu juga diteliti lebih dalam bahwa ada sejumlah anak yang memutuskan bekerja tanpa sepengetahuan orang tuanya.
“Sebab tidak semuanya menjadi pekerja dengan seizin orang tuanya. Yang terpenting lingkungan terdekat juga menyadari bahwa pendidikan itu penting adanya,“ ujarnya.
(Angkasa Yudhistira)