WASHINGTON – Pemilihan presiden Amerika Serikat (AS) hanya tinggal hitungan hari. Pemerintah Negeri Paman Sam kini bersiap menghadapi serangan siber dari para pembajak asal Rusia atau negara mana pun. Mereka bersiap penuh terhadap risiko terjadinya kekacauan tepat pada hari pemilihan.
Upaya tersebut dijalankan dengan koordinasi bersama antara Gedung Putih dan Kementerian Keamanan Dalam Negeri. Tidak menutup juga pihak ketiga seperti Badan Intelijen CIA, Badan Keamanan Nasional (NSA), dan elemen lainnya dari Kementerian Pertahanan ikut ambil bagian.
“Rusia sedang dalam mode menyerang dan AS berupaya keras merespons serangan tersebut dengan beberapa strategi dalam level tertinggi,” ujar mantan Duta Besar AS untuk Rusia Michael McFaul, seperti dimuat NBC News, Jumat (4/11/2016).
Para pejabat diminta waspada terhadap segala upaya untuk menciptakan kekacauan pada hari pemilihan. Skenario terburuk seperti halnya serangan siber untuk mematikan internet sebisa mungkin dihindari. Upaya memanipulasi informasi lewat media sosial seperti Twitter dan Facebook juga wajib diwaspadai.
Kementerian Keamanan Dalam Negeri akan menyiagakan enam pusat siber federal untuk memonitor pergerakan jaringan internet serta berburu malware. “Melihat perilaku (Rusia) di masa lalu, kami paham mereka berpotensi menyebabkan kebingungan. Kami ingin memastikan mitigasi ancaman potensial itu berjalan dengan baik,” tutur seorang pejabat kementerian.
Sebagaimana diberitakan, Gedung Putih menuduh Kremlin –Istana Kepresidenan Rusia- berupaya mengganggu jalannya Pilpres AS 2016 pada Selasa 8 November 2016. Sementara Rusia balik menuduh AS menggunakan retorika untuk memanipulasi hasil pemilihan umum.
(Wikanto Arungbudoyo)