SATU pekan terakhir lazim terdengar sejumlah istilah dalam pemilihan Presiden Amerika Serikat (Pilpres AS) 2016, yakni electoral votes dan swing states. Kedua kandidat Hillary Clinton dan Donald Trump pun giat berkampanye di negara bagian yang masuk kategori swing states demi meraih electoral votes yang tinggi.
Mari kita mulai dari swing states. Sebagaimana diketahui, Negeri Paman Sam dikuasai oleh dua partai besar yakni Republik dan Demokrat. Kedua partai tersebut juga diwakili oleh dua warna yang berbeda, yakni merah untuk Republik dan Biru untuk Demokrat. Pembedaan itu memunculkan istilah negara bagian merah, biru, dan abu-abu.
Negara bagian merah adalah wilayah di mana massa atau simpatisan Partai Republik (Republiken). Dengan demikian, sudah pasti suara di sana akan diberikan kepada Republik, termasuk kandidat yang diusung, yakni Donald Trump. Demikian halnya dengan negara bagian biru dan Hillary Clinton. Dapat dikatakan suara mereka sudah bulat kepada masing-masing kandidat.
Abu-abu adalah warna yang lazim dipakai untuk mendeskripsikan swing states, negara bagian yang suaranya tidak bisa ditentukan kepada Republik atau Demokrat. Negara-negara bagian tersebut tak pelak sering dinyatakan sebagai medan perang dalam Pilpres AS. Wakil Duta Besar AS untuk Indonesia Brian McFeeters menyatakan, dukungan swing states sangat menentukan.