SEOUL – Sebagai salah satu negara beriklim sub-tropis, Korea Selatan (Korsel) telah memasuki musim dingin. Hujan salju mulai turun di seantero Negeri Ginseng. Namun, hal itu tidak menghalangi jutaan warga yang melakukan unjuk rasa menuntut Presiden Park Geun-hye mengundurkan diri.
Sebanyak 25 ribu orang personel kepolisian disebar di seluruh Ibu Kota Seoul. Polisi juga menutup ruas-ruas jalan menuju Istana Kepresidenan yang dikenal dengan nama Gedung Biru. Diperkirakan, 1,5 juta orang akan ambil bagian dalam unjuk rasa tersebut.
“Saya tidak yakin Presiden Park akan mundur secara sukarela, tetapi kita butuh meningkatkan suara setinggi mungkin untuk mendorong parlemen agar melanjutkan langkah pemakzulan terhadapnya,” ujar seorang peserta aksi bernama Lee Seung-cheol, seperti dimuat Channel News Asia, Sabtu (26/11/2016).
(Warga mengenakan jas hujan untuk melindungi diri mereka dari guyuran hujan salju. Foto: Kim Kyung-hoon/Reuters)
Para pengunjuk rasa menggunakan jas hujan dan payung untuk melindungi mereka dari cuaca dingin serta hujan salju. Para pedagang kaki lima menjual lilin dan kursi untuk para pengunjuk rasa. Para peserta saling membagikan makanan, plakat, dan brosur satu sama lain.
“Saya datang ke sini karena ingin menunjukkan kepada anak-anak bahwa warga adalah pemilik negara ini, bukan para pemegang kekuasaan,” tukas peserta lain bernama Shim Kyu-il. Setengah juta orang lainnya diperkirakan melangsungkan aksi unjuk rasa di daerah masing-masing. Total, dua juta warga akan berunjuk rasa menuntut pemakzulan Presiden Park Geun-hye.
Unjuk rasa di akhir pekan semakin meningkat dalam satu bulan terakhir. Dua pekan lalu, sekira satu juta orang turut serta dalam demonstrasi serupa. Sejumlah aksi unjuk rasa ini menjadi salah satu yang terbesar yang pernah terjadi di Korsel sejak unjuk rasa pro-demokrasi pada dekade 1980. Meski begitu, unjuk rasa sejak Oktober 2016 itu selalu berlangsung dalam suasana damai.
Sebagaimana diberitakan, Presiden Park Geun-hye dituduh terlibat korupsi yang dilakukan rekan dekatnya Choi Soon-sil. Perempuan berusia 64 tahun itu sudah meminta maaf secara terbuka. Soon-sil juga sudah menjalani proses hukum. Akan tetapi, popularitas politikus Partai Saenuri itu semakin anjlok.
Parlemen siap untuk melakukan voting untuk menentukan apakah mosi pemakzulan terhadap Park Geun-hye akan diambil atau tidak. Pemungutan suara dijadwalkan berlangsung selambat-lambatnya pada 9 Desember 2016. Meski parlemen nanti setuju untuk memakzulkan Park, keputusan akhir berada di tangan Mahkamah Konstitusi.