WASHINGTON – Presiden terpilih Amerika Serikat Donald Trump melakukan sambungan telefon internasional dengan Presiden Taiwan Tsai Ing-wen pada Jumat 2 Desember waktu setempat. Langkah ini selain bersejarah juga dikhawatirkan dapat memicu risiko diplomatik dengan China.
“Benar, Trump telah berbicara dengan Presiden Tsai Ing-wen yang mengucapkan selamat atas kemenangannya dalam Pilpres AS 2016. Selama diskusi, mereka mencatat akan ada penguatan kerjasama ekonomi, politik dan hubungan keamanan antar kedua negara. Presiden terpilih Trump juga mengucapkan selamat atas terpilihnya Tsai sebagai perempuan pertama Presiden Taiwan awal tahun ini,” papar pejabat tim transisi kepresidenan Trump, seperti disunting dari Telegraph, Sabtu (3/12/2016).
Washington dan Taipei terakhir kali menjalin kemitraan diplomatik resmi pada 1979. Setelahnya, Presiden AS lebih memilih berpihak kepada Republik Raykat China yang menganut kebijakan Kebangsaan Satu China.
Petahana Presiden Barack Obama kabarnya tidak tahu menahu soal sambungan telefon tersebut. Gedung Putih menegaskan, kebijakan AS terhadap dualisme Taiwan dan China tetap sama.
“Tidak ada perubahan dalam kebijakan kami terkait isu lintas selat. Kami tetap konsisten dengan komitmen kebijakan Satu China, sesuai dengan tiga komunike gabungan dan Kebijakan Luar Negeri AS yan tertulis soal hubungan dengan Taiwan. Kepentingan kami yang paling fundamental di sini adalah perdamaian dan stabilitas kawasan lintas selat,” terang juru bicara Keamanan Nasional AS, Emily Horne.
Kebijaka Satu China faktanya tidak disukai oleh negara kepulauan tersebut. Sejak awal, Presiden Tsai terus mendesak Beijing untuk memutus semua komunikasi resminya dengan pemerintahan baru di Taiwan.
Sambungan telefon antara Trump dan Tsai terjadi pada hari yang sama ketika Presiden China Xi Jinping bertemu dengan mantan Menlu AS Henry Kissinger di Beijing. Kunjungan Kisinger ke Negeri Tirai Bambu bermaksud mempromosikan hubungan baik antara AS dan China. Kissinger adalah sosok yang dirasa mampu untuk memediasi kemitraan ini karena dia sudah memulainya sejak 1970-an.
(Silviana Dharma)