Cerita di Balik Pernikahan Panglima Dayak dan Titisan Nyai Roro Kidul

Agregasi Jawapos.com, Jurnalis
Kamis 23 Februari 2017 15:45 WIB
Isay Djudae (kanan) menunjukkan cetakan undangan pernikahan Pangkalima Burung dengan Sri Baruno Parameswari (Foto: Jawa Pos)
Share :

Beberapa hari kemudian, sekitar tanggal 18 Februari 2017, Damang ini mendapat telefon dari orang yang mengaku sopir ibu Retno. Di mana di situ disampaikan, pihaknya menyanggupi rincian biaya pernikahan.  Kemudian pada 19 Februari 2017 Retno kembali datang dan menyerahkan uang sebesar Rp16 juta untuk membeli kebutuhan pernikahan. Lalu sisanya diserahkan lagi pada 21 Februari 2017 hingga total uang yang diserahkan sesuai permintaan sebesar Rp70 juta.

“Setelah semua terpenuhi, baru kami belanjakan membeli semua kebutuhan untuk pernikahan, seperti konsumsi, sewa tenda, gong, tempat pengantin dan lain sebagainya untuk kelancaran pernikahan. Jadi itu saja ceritanya dan sekarang tinggal menunggu pelaksanaan acara,” ucapnya.

Menurut utusan itu, kata tokoh masyarakat setempat ini, perempuannya akan datang ke Desa Telok pada 27 Februari dan akan menginap di rumahnya. Sang perempuan, kata dia, memang berwujud manusia. Namun untuk mempelai laki-laki Pangkalima Burung tidak ada yang bisa melihatnya. Artinya nanti di pelaminan hanya terlihat mempelai perempuannya seorang diri. “Pernikahannya hanya dilakukan satu hari sesuai tata cara adat Dayak yang diminta pihak perempuan. Jadi kita laksanakan saja,” tuturnya.

Proses penikahan nanti jelasnya, juga tidak jauh berbeda dengan proses pernikahan adat masyarakat Dayak biasanya. Walaupun diakuinya, nanti untuk mempelai laki-laki tidak terlihat kasat mata. Namun proses pernikahan adat ini berjalan sebagaimana mestinya. Nanti mempelai laki-laki digiring dan masuk dalam rumah. Acara dalam rumah nanti juga ada melihat ramun pisek (istilah bahasa Dayak) dan sebagainya untuk pinangan terhadap mempelai perempuannya. “Nanti lebih jelasnya bisa dilihat pada saat acaranya,” ujar dia.

Terakhir kakek berusia 87 tahun ini mengakui, undangan yang tersebar saat ini dicetak pihaknya berdasarkan permintaan utusan yang mendatanginya. Ada 100 undangan ketika itu dicetak dan sudah disebar. “Undangan ini diberikan kepada semua tokoh masyarakat, adat, pejabat di Kabupaten Katingan, Pejabat Kalimantan Tengah, bahkan ibu Retno itu mengaku akan memberikan undangan pada Presiden dan pejabat negara lainnya untuk menghadiri pernikahan tersebut,” ujarnya.

Halaman:
Lihat Semua
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya