Sementara Ketua DPRD Katigan Ignatius Mantir L Nussa, selaku warga Desa Telok menyambut baik dan tidak mempermasalahkan penikahan terkesan langka dan berbau gaib tersebut dilangsungkan. “Kita sangat mendukung. Apalagi ini kampung saya, kita persilakan saja. Biarkan semua berjalan sebagaimana mestinya,” kata Mantir.
Dia mendukung pernikahan adat Dayak di tempat itu yang melibatkan orang-orang kasat mata. Mantir sendiri sudah mengecek kebenaran pernikahan itu dan kenyataan benar adanya. “Ini kan langka sekali. Untuk itu mari kita coba sama-sama melihatnya seperti apa nanti pernikahan itu. Sebab jelas, mempelai laki-lakinya tidak akan kelihatan nantinya. Yang menjadi pertanyaan saya, dari Pulau Jawa, Pulai Bali tiba-tiba menuju Desa Telok. Itu menandakan ada sejarah, sehingga mereka datang ke tempat kita,” ujarnya.
Bahkan Mantir sedikit bercerita, Desa Telok merupakan salah satu Desa di bagian hulu Kabupaten Katingan. Di mana kampung itu terkenal dan dikuasai perempuan bernama Bawi Uya pada zaman dulu. “Sampai sekarang peninggalan Bawi Uya ini masih ada di Desa Telok dan kami pelihara dengan baik. Karena itu, kita berharap nanti semua pihak yang ingin menyaksikan pernikahan ini silakan saja. Ini sesuatu yang sangat langkah bisa terjadi,” ujar dia.
(Ranto Rajagukguk)