Menilik Tradisi Meugang, Peninggalan Sultan Iskandar Muda yang Awet hingga Kini

Rayful Mudassir, Jurnalis
Jum'at 26 Mei 2017 13:26 WIB
Foto: Rayful Mudassir/Okezone
Share :

BANDA ACEH – Tiga hingga empat paha sapi atau kerbau digantung dengan dengan cucuk besi dari atas penyangga kayu. Lapak-lapak penjaja daging ini berjejer di badan jalan kawasan Peunayong, Banda Aceh. Bau darah segar terasa di seisi pasar.

Menjelang masuknya puasa merupakan waktu panen para pedagang daging di Banda Aceh. Lapak dagang mereka hampir pasti dipadati masyarakat yang ingin membeli daging untuk disantap bersama keluarga. Momen ini biasa disebut uroe meugang atau hari meugang.

Tradisi meugang sebenarnya bukan hanya berlangsung di Banda Aceh, tapi secara menyeluruh di Provinsi Aceh. Dalam setahun, tiga kali meugang berlangsung, yakni sebelum puasa Ramadan, sebelum Hari Raya Idul Fitri, dan sebelum Hari Raya Idul Adha.

Sejumlah pedagang sampai mengimpor ternak dari luar Aceh karena tingginya permintaan. Meski begitu, sapi atau kerbau dari Aceh tetap menjadi primadona karena dianggap memiliki rasa yang khas dan pas di lidah orang Aceh.

Karena tingginya permintaan, pedagang daging musiman menjamur. Harga daging pun melambung tinggi menjadi Rp150-160 ribu per kilogram.

“Bagi sebagian masyarakat, rasanya kurang pas kalau menyambut Ramadan tanpa melaksanakan meugang dan membeli daging,” kata Ahmadi, salah seorang warga Tapaktuan, Aceh Selatan saat dihubungi Okezone.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya