PYONYANG - Gempa berkekuatan 3,4 skala richter (SR) yang mengguncang Korea Utara (Korut) pada Sabtu 23 September lalu telah memicu ketakutan. Hingga saat ini penyebab pasti gempa tersebut masih belum diketahui dan masih diperdebatkan.
Beberapa pihak menduga gempa tersebut terjadi karena dipicu uji coba nuklir. Sementara pihak lainnya meyakini jika gempa merupakan murni fenomena alam. Pemerintah Amerika Serikat (AS) sendiri hingga saat ini belum bisa memastikan apakah gempa tersebut merupakan hal alami atau akibat nuklir.
Sementara itu, Badan Metereologi Korea Selatan (Korsel), menyatakan, gempa yang mengguncang di negara tertutup itu terjadi secara alami. Melansir Asia Correspondent, Senin (25/9/2017), gempa diketahui terjadi hanya selang beberapa jam setelah pesawat angkatan udara AS terbang di wilayah udara internasional yang dekat dengan Korut.
Baca Juga: Ledakan Mencurigakan Diduga Memicu Gempa 3,4 SR di Korut
Hal tersebut dilakukan pihak Kementerian Pertahanan Negeri Paman Sam atau Pentagon sebagai demonstrasi kekuatan militer yang dimiliki Presiden Donald Trump. Seandainya memang gempa tersebut dikonfirmasi sebagai uji nuklir, maka hal tersebut akan menjadi bukti nyata dari ancaman yang dilontarkan Pemimpin Tertinggi Korut Kim Jong-un untuk menjinakkan AS.
Sebagaimana diketahui, sang diktator muda Korut telah berjanji menyerang AS setelah Donald Trump melancarkan serangan verbal dengan menyebutnya sebagai 'Manusia Roket'. Tak hanya itu, Presiden AS ke-45 tersebut juga menyatakan akan menghancurkan Korut jika terpaksa.
Pernyataan Trump diketahui telah memicu demonstrasi anti-Amerika di Pyongyang pada Minggu 24 September yaitu selang sehari setelah gempa terjadi. Aksi ini diikuti oleh puluhan ribu orang mulai dari pelajar, pekerja dan kaum intelektual. Pada dasarnya penasihat utama Presiden AS sendiri telah berulang kali memperingatkan Trump agar tidak menyerang Kim secara pribadi karena sifat pemimpin Korut yang dikenal tidak dapat diprediksi.