JAKARTA - Panglima TNI Jendral Gatot Nurmantyo menuturkan bahwa dalam membebaskan Desa Kimbely dan Desa Banti, Kecamatan Tembagapura, Kabupaten Mimika, Papua dari kelompok kriminal bersenjata (KKB), TNI-Polri akan menggunakan langkah yang soft terlebih dahulu.
“Dalam mengamankan masyarakat Desa Kimbely dan Desa Banti dari kelompok bersenjata, TNI-Polri akan menggunakan langkah yang soft dulu. Apabila soft tidak bisa, baru kita melakukan langkah selanjutnya,” ujar Gatot di Mabes TNI Cilangkap, Jakarta Timur, Kamis (9/11/2017).
(Baca Juga: Kelompok Bersenjata Sandera Warga Papua, Kapolri: Mereka Gunakan Strategi Serang Sambil Lari)
Lebih lanjut, Gatot mengatakan bahwa dalam menyelamatkan masyarakat dari penyandera kelompok kriminal bersenjata, TNI juga akan melakukan pengamatan secara teliti dalam menentukan langkah berikutnya.
“Dalam pelaksanaan ini TNI mengadakan pengamatan kemudian mengadakan pengintaian, karena mereka menyandera masyarakat umum, maka penanganannya harus juga dilakukan dengan teliti,” jelas Gatot.
Saat ditanya berapa personel yang akan diturunkan, Gatot pun enggan. Ia beralasan, pengiriman personel dilakukan secara rahasia agar pihak KKB tak mengetahui kekuatan TNI.
“Personel enggak saya kasih tau, kalau dia tau gimana dong?,” tegas Gatot.
(Baca Juga: Jaga NKRI, Pasukan Gabungan TNI-Polri Diterjunkan Kejar Kelompok Bersenjata di Tembagapura)
Sebelumnya diberitakan, sedikitnya 1.300 warga Papua dari dua desa, yakni yakni Desa Kimbely dan Desa Banti, Kecamatan Tembagapura, Kabupaten Mimika, Papua disandera oleh kelompok kriminal bersenjata (KKB). Irjen Boy Rafli Amar saat dihubungi dalam Program Breaking iNews membenarkan bahwa kelompok tersebut melarang warga dari kedua desa untuk meningalkan kampung mereka.
“Iya dapat kami sampaikan bahwa dalam beberapa terkahir ini, kelompok bersenjata melarang kepada warga. Ada 2 kampung, (Kampung) Kimbali dan Banti untuk meninggalkan lokasi. (Mereka KKB) melokalisir warga tidak boleh ke mana-ke mana. Di bawah kontrol mereka,” tutur Boy.
Sejauh ini pihak kepolisian belum bisa memastikan motif kelompok bersenjata menahan para warga. Hanya saja kelompok bersenjata tersebut kerap melakukan aktivitas yang melanggar hukum dalam beberapa minggu terakhir.
“Aktivitas dari kelompok bersejata ini dalam beberapa terakhir melanggar hukum, seperti penembakan ambulans warga, pemerkosaan, merampas barang warga. Secara riil (nyata-red) motif belum bisa memastikan,” ungkap Boy.
(Khafid Mardiyansyah)