Tak hanya itu. Idrus juga menampik pandangan banyak pihak yang menyebut Golkar bersikap pragmatis dalam pengusungan Emil di Pilkada Jabar. Menurut Idrus, sejatinya Golkar tetap mengedepankan pengusungan kader, hanya saja, menurutnya, Golkar tetap perlu bersikap realistis untuk memenangi kontestasi politik di Jawa Barat.
Selain itu, yang juga penting bagi Golkar adalah bagaimana mempertahankan jati diri partai sebagai refleksi dari suara rakyat, sebagaimana motto yang telah lama dijunjung tinggi oleh partai.
“Artinya Partai Golkar sebenarnya tetap mengedepankan kader, apalagi pengurus. Tetapi, karena kita ingin menang di pilkada dan juga karena kita ingin konsisten pada moto Golkar bahwa suara Golkar suara rakyat, maka kita konsisten menerapkan prinsip Golkar sebagai sahabat rakyat,” kata Idrus.
Masalah Klasik Kaderisasi Partai Politik
Sementara itu, Direktur Eksekutif Voxpol Center, Pangi Syarwi Chaniago memandang masalah kaderisasi sebagai masalah klasik yang dialami oleh hampir semua partai politik (parpol) di Indonesia. Kaderisasi yang tak berjalan baik, dikatakan Pangi bukan hanya menghambat regenerasi kepemimpinan, tapi juga menyebabkan anjloknya nilai jual kader parpol di mata masyarakat.
"Hampir semua partai politik mengalami hal yang sama. Masalah kaderisasi parpol ini seperti masalah klasik ya. Rekrutmen mungkin tak berjalan baik. Atau kedua, kader internal di partai ini tidak laku dijual, sehingga membuat partai bicara realitas, mereka mengambil sosok dari non partai. Mereka berkaca dari popularitas, elektabilitas dan kemungkinan terpilih," kata Pangi kepada Okezone, Jumat (10/11/2017).
Selain masalah rekrutmen dan kaderisasi, Pangi melihat masih besarnya pengaruh politik transaksional dalam sejumlah keputusan yang diambil sebuah parpol dalam berbagai agenda politik, termasuk pengusungan calon dalam kontestasi pilkada. Menurut Pangi, hal tersebut berpotensi mengancam marwah suci demokrasi yang seharusnya bebas dari unsur-unsur transaksional.