Pragmatisme Politik, Ketika Perhitungan Elektabilitas Membenamkan Riwayat Perjuangan Kader

Yudhistira Dwi Putra, Jurnalis
Sabtu 11 November 2017 08:00 WIB
Bupati Purwakarta/Ketua DPD Golkar Jabar, Dedi Mulyadi (FOTO: Okezone)
Share :

"Jadi memang kelemahannya begitu. Ketika kader sendiri yang maju, puasa itu para pengurus partai karena tidak ada duitnya. Tidak ada duit masuk. Ini realistisnya begitu sekarang partai. Ini ngeri sekali ini," kata Pangi.

Dampak Buruk Pragmatisme Politik

Lebih lanjut, Pangi menjelaskan sejumlah dampak buruk yang dapat membuntuti pragmatisme politik yang mulai terbumikan di lingkup parpol.

Dari sisi kepartaian, pragmatisme politik akan menyebabkan preseden buruk. Partai terancam kehilangan politisi-politisi sejati di dalam tubuh mereka sendiri. Atau dengan kata lain, pragmatisme politik akan menurunkan nilai perjuangan politik yang seharusnya dijunjung tinggi oleh kader-kader di setiap parpol.

"Orang akan berpikir kedepannya, termasuk musibah demokrasi di Golkar. Karena begini, nanti orang mau jadi pengurus partai tidak mau repot-repot. Malas. Ngapain juga berkorban, menghabiskan waktu, pikiran," kata Pangi.

"Ini akan jadi preseden yang buruk. Ngapain juga kita membesarkan partai kalau akhirnya partai juga tidak menjamin keberpihakannya pada kader," tambahnya.

Sedang dari sisi masyarakat, pragmatisme politik juga sangat merugikan. Ketika sebuah parpol mengusung seorang calon pemimpin yang tidak melalui proses kaderisasi, masyarakat terancam membeli kucing dalam karung. Berbeda ketika calon yang diusung adalah seorang kader sejati.

Halaman:
Lihat Semua
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya