Selain ciri berusaha menimbulkan ketakutan pada publik, tambah Arsul, propaganda ini juga disertai dengan teknik playing victim untuk menimbulkan kesan pada publik bahwa pelaku pembohongan adalah korban yang teraniaya oleh satu pihak yang diasosiasikan dengan kelompok penguasa.
(Baca juga: Anies Beberkan Alasan Pemprov DKI Biayai Ratna Sarumpaet ke Chile)
Anggota Komisi III DPR RI itu menambahkan bahwa teknik propaganda tersebut merupakan salah satu sumber pengembangan hoaks dan ujaran kebencian.
“Karena itu, jika kita ingin memerangi hoaks dan ujaran kebencian maka penyelidikan untuk membongkar teknik propaganda itu perlu dilakukan," kata Arsul.
(Salman Mardira)