Pria 41 tahun itu mengatakan dia mungkin akan menjadi korban ledakan jika dia tidak menunda untuk sarapan.
Dia mengatakan dia meninggalkan kamarnya sekitar pukul 08.45 waktu setempat, ketika beberapa ledakan dilaporkan terjadi di hotel dan gereja di lokasi yang berbeda.
"Sesuatu mengganggu saya, jadi saya kembali ke kamar untuk mengambil kartu debit saya, membuka tirai dan melepas tanda 'jangan ganggu' ... dan ledakan besar meledak," katanya.
Baca: Otoritas Sri Lanka Abaikan Peringatan yang Dikirim 10 Hari Sebelum Serangan Bom
Saat ini dia berada di tempat penampungan darurat. Di sana, katanya, dia dapat "mencium bau darah di mana-mana", dengan orang-orang yang terluka dalam ledakan itu membutuhkan perawatan dan mencari anggota keluarga yang hilang.
"Mengerikan melihat anak-anak dibawa dalam keadaan berlumuran darah. Saya meninggalkan Sri Lanka 30 tahun yang lalu sebagai pengungsi dan tidak pernah berpikir saya harus melihat ini lagi," ujar Arasaratnam.