Joko menjelaskan bambu tersebut sangat bervariatif kekuatannya bergantung pada kondisi cuaca, mengingat karakter bambu sendiri yang memang menyerap air dan udara. Joko membandingkan karyanya itu dengan yang dipasang di Jerman yang lebih tahan lama.
"Kalau pengalaman saya dan di kota-kota lain yang lingkungannya enggak polutif itu akan lebih lama. (Kalau dibandingin yang di Jerman) lebih cepet rusak yang di Jakarta," ungkapnya.
Terkait itu, pihaknya juga melakukan perawatan terhadap bambu tersebut dengan memberikan cairan lapisan bambu agar bisa bertahan dari air.
"(untuk perawatan) Saya kasih pelapis lagi untuk menahan air dari luar ya, cat sih intinya cat kaya semacam vernislah untuk kayu itu terus ada perbaikan-perbaikan lain," tukasnya.
(Awaludin)