Beberapa hari setelah kematian perempuan muda di Dalit itu, protes diadakan di seluruh India.
Di Uttar Pradesh, petugas keamanan dikritik keras karena memukuli pengunjuk rasa dengan tongkat dalam upaya menghentikan mereka mengunjungi keluarga korban.
Para pemimpin oposisi yang bergabung dengan protes pun dihalang-halangi.
Pada tanggal 4 Oktober, sehari sebelum Kappan dan saya pergi secara terpisah ke Hathras, Adityanath mengklaim bahwa ada "konspirasi internasional" untuk menodai citra negara dan bahwa "insiden itu dieksploitasi oleh mereka yang kesal dengan kemajuan selama pemerintahannya."
Para aktivis kebebasan pers mengatakan mereka khawatir India semakin tidak aman bagi jurnalis.
Tahun lalu, negara itu menduduki peringkat 142 dari 180 negara yang dianalisis dalam Indeks Kebebasan Pers Dunia.
Angka itu disusun setiap tahun oleh Reporters Without Borders - turun dua peringkat dari tahun sebelumnya.
Pada bulan Februari, polisi mengajukan tuntutan pidana terhadap delapan jurnalis yang meliput protes petani di Delhi.
Jurnalis perempuan dan orang-orang dari komunitas Muslim secara khusus menjadi target karena dituduh membuat keributan di media sosial.
Abhilash, pengacara Kappan di Mahkamah Agung mengatakan polisi tidak dapat memberikan satu pun bukti yang memberatkan Kappan.
Namun mereka telah berhasil dalam satu hal. Yakni mengirim peringatan kepada wartawan untuk tidak pergi ke Hathras.
Pengacara Kappan lainnya Matthews mengatakan penangkapan Kappan "berbeda dengan penangkapan orang biasa".
"Membungkam media adalah akhir dari demokrasi," ujarnya.
(Susi Susanti)